TEKNIK
BEHAVIORAL CONTRACT
Asal – usul teknik behavioral contract
Behavioral contract ( kontrak perilaku), atau contingency
contract, didasarkan pada prinsip operant conditioning, reinforcement posditif,
dan dapat digunakan sebagai salah satu
variasi prinsip Premack. Kontak perilaku adalah kesepakatan tertulis antara dua
orang individu atau lebih di mana salah satu atau kedua orang sepakat untuk
terlibat dalam sebuah perilaku target (Miltenberger,2007).
Istilah contingency contract digunakan untuk pertama
kalinya oleh L.P.Homme pada 1996 ketika ia melaporkan menggunakan kontrak
dengan para dropout SMA untuk memberikan reinforcement pada kinerja akademis
(Cantreell, Cantrell, Huddleston, & Woolridge, 1996). Meskipun mereka
dipopulerkan oleh para terapis perilaku dan realitas, kontrak perilaku sekarang
diintegrasikan ke dalam banyak pendekatan teoritik yang berbeda (Hackney &
Cormier,2012), termasuk motivational interviewing (Enea & Dafinoiu, 2009).
Salah satu KEKUATAN utama kontrak perilaku adalah ia menuntut
orang-orang untuk konsisten. Oleh sebab itu, kontrak cenderung popular di
antara anak – anak karena dapat memberikan tanggung jawab kepada orangtua atau
guru di dalam kelas ketentuan
kesepakatannya. Anak – anak tidak lagi merasa bergantung belas kasihan orang
yang memiliki kekuasaan. Alih – alih ,mereka belajar untuk menerima tanggung
jawab atas tindakannya sendiri. Kontrak perilaku menetapkan tingkat timbale
balik di antara orang – orang yang terlibat, apakah itu pasangan menikah,
orangtua dan anak, atau guru dan siswa.
Kontrak dapat diubah atau direnegosiasikan dari waktu ke waktu dan pada
akhirnya berakhir begitu perilaku targetnya menjadi rutin.
BAGAIMANA CARA
MENGIMPLEMENTASIKAN TEKNIK BEHAVIORAL CONTRACT
Kontrak perilaku seharusnya digunakan ketika teknik-
teknik yang lebih sederhana dan kurang intrusif seperti pujian dan
reinforcement, telah gagal dan dibutuhkan prosedur yang lebih kuat. Bilamana
mungkin, kontrak perilaku seharusnya berlaku secara individual daripada
diadaptasi untuk digunakan dengan kelompok. Sebelum menuls sebuah perilaku,
perilaku target seharusnya diidentifikasi. Perilaku target bisa termasuk agar
perilaku yang tidak diinginkan meningkat (Miltenberger, 2007). Bilamana
mungkin, perilaku target seharusnya dirumuskan secara positif.
Tiga langkah lagi harus diselesaikan sebelum menulis
kontrak perilakunya.
1. Putuskan
bagaimana perilaku itu akan diukur (Miltenberger, 2007). Perilaku mungkin
diobservasi secara langsung atau diukur
berdasarkan hasilnya. Pilih di mana kontrak akan digunakan dan siapa
yang akan terlibat dalam mengukur perilaku target.
2. Selanjutnya,
dengan menggunakan data basal frekuensi perilaku, identifikasi ekspektasi dan
tujuan perilaku yang spesifik. Tetapkan berapa sering perilaku target harus
dilakukan agar dianggap sukses. Kontrak seharusnya fleksibel dan memungkinkan
aproksimasi suksesif kea rah tujuan; artinya, ekspetasi seharusnya dinaikan
perlahan-lahan untuk memungkinkan kemajuan ke arah frekuensi target (James
& Gilliland, 2003). Untuk mengubah perilaku, klien harus terlihat
berperilaku baik dan menerima reinforcement.
Setelah menyolidkan detail – detail
rencana perilaku, kontrak dapat ditulis. Pastikan untuk memasukkan tanggal
mulai, perilaku target, kriteria, dan tanggal waktu untuk penyelesaian tugas,
dan reinforcement yang akan digunakan. Diskusikan kontrak dengan klien dan
semua pihak yang terlibat. Kontrak harus jelas bagi setiap orang yang terlibat,
dan tujuan – tujuan perilakunya haruss spesifik (James & Gilliland, 2003).
Setiap orang yang terlibat seharusnya menandatangani kontrak dan menerima
salinannya.
3. Tetapkan
sebuah pertemuan evaluasi setelah satu atau dua minggu untuk memantau kemajuan
kontrak. Sebuah bagan kemajuan , log , atau sasaran yang dapat dilihat lain
seharusnya digunakan untuk menunjukkan kemajuan kea rah pencapaian tujuan.
Ketika memantau kemajuan, setiap aspek
kontrak seharusnya diperiksa. Pastikan bahwa perilaku target tepat, dapat
dicapai, dan dipahami oleh klien. Putuskan apakah waktu yang cocok diberikan
untuk menyelesaikan tugasnya. Evaluasi reinforcement – reinforcementnya: apakah
cocok, efektif, dan diberikan secara tepat waktu? Disamping itu, putuskan
apakah ekspektasi –ekspektasi kontraknya realities, jelas, dan dinyatakan
sebagai aproksimasi – aproksimasi kecil kea rah tujuan yag diinginkan (James
& Gilliland, 2003).
VARIASI – VARIASI TEKNIK BEHAVIORAL CONTRACT
1.
Kontrak satu pihak, yang juga disebut
sebagai kontrak unilateral, seorang individu ingin mengubah sebuah perilaku
target (Miltenberger, 2007). Ia membuat berbagai pengaturan untuk seorang
manajer kontrak untuk mengimplementasikan kontigensi – kontigensi reinforcement
atau hukuman. Kontrak satu pihak dapa digunakan untuk meningkatkan perilaku yan
diinginkan, misalnya olahraga, belajar, kebiasaan makan yang baik, atau
perilaku terkait, sekolah atau terkait,atau terkait – pekerjaan, atau
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, seperti makan berlebih, menggigit
kuku, menonton tv berlebihan.
2.
Kontrak dua pihak, atau kontrak
bilateral, memungkinkan kedua belah pihak untuk mengidentifikasi perilaku –
perilaku target dan kontigensi – kontigensi yang akan diimplementasikan.
Kontrak dua pihak biasanya ditulis si antara orang – orang yang memiliki
hubungan signifikan satu dengan yang lain. Kontrak quid pro quo melibatkan
hubungan antara dua perilaku target; yang satu akan diberikan sebagai balasan
untuk yang lain.
3.
Tipe kontrak perilaku lain, self-
contract, dapat dirancang untuk membantu seorang individu memenuhi tujuan
(Hackney & Cormier, 2012). Self- contract identik dengan kontrak – kontrak
perilaku lain, kecuali bahwa rewardnya diadministrasikan sendiri oleh klien.
Kontrak – kontrak ini bisa sangat membantu ketika bekerja dengan anak – anak
atau remaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar