PENDAHULUAN
Bayangkan
Anda sedang menghadapi seorang konseli yang tantrum karena tunangannya
meninggal dunia akibat kecelakaan. Masihkah Anda akan bertanya, “Coba sekarang
ceritakan dengan runtut, apa yang terjadi dengan tunangan Anda ?”. Tentu tidak.
Pertanyaan tersebut akan menjadi pertanyaan
yang bodoh. Mengapa? Karena klien ini dalam kondisi krisis. Konselor
dituntut untuk memberikan perlakuan secara berbeda kepada konseli yang berada
dalam kondisi seperti ini. Konselor professional menguasai teori dan teknik teknik konseling
krisis.
Penyebab
krisis antara lain karena: (1) bencana alam, (2) kecelakaan, (3) penyakit, (4)
emosi, (5) tidak berfungsinya hubungan sosial, (6) tahap perkembangan, (7)
tidak dapat meraih sesuatu yang diinginkan, (8) ditimpa kesulitan, dan (9)
kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintai.
Konseling
krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis
untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidakamanan dan kemaslahatan
kehidupannya.
Dalam
membantu klien yang sedang mengalami krisis, dapat dilaksanakan konseling
krisis antara lain dengan: (1) memberikan perhatian terhadap penderita krisis,
(2) memandu dan memberi kesempatan pada klien untuk melaksanakan relaksasi, (3)
mencari nilai positif pada setiap kejadian, (4) mengajak klien untuk
meningkatkan kesabaran, (5) berdoa, (6) tidak mengharapkan balas jasa (ucapan
terima kasih) dari siapapun, dan (7) meniatkan segala kegiatan sebagai ibadah
untuk mencari ridha-Nya.
A. PENDAHULUAN
Orang
yang sedang mengalami masalah akan merasa penciutan atau pengecilan dalam
dirinya.sampai pada titik 0. Ia merasa tidak berdaya, pesimis, frustrasi,
menjadi stres dan berada pada keadaan krisis. Dalam menghadapi hal ini sering
terjadi situasi krisis, yang terlihat pada tiga tipe orang, yaitu: (1) orang
berjalan di tempat, tidak maju walaupun bergerak; (2) orang istirahat di
tempat, malas, kurang komitmen, tidak ada gerakan, sangat tidak produktif; dan
(3) orang bubar jalan, meninggalkan tempat karena tidak sanggup lagi menghadapi
masalah sehingga ada yang bunuh diri dan putus asa, ada yang jadi gila. Bagi
orang yang bermasalah, orang yang mengalami beban psikologis yang sangat berat,
tidak dapat “berjalan” menurut semestinya, pesimis, perlu bantuan untuk pemecahan
masalahnya.
Manusia
sering merasa/memperkirakan bebannya lebih (over estimate), dan menilai
dirinya lebih kurang mampu (under estimate), menganggap sesuatu sebagai
yang bersifat negatif, mencari-cari atau membuat masalah, memiliki kepribadian
atau pola hidup yang enak-enak saja. Sehingga bila mengalami yang tidak enak
dia menjadi kaget, keluh kesah, merasa dalam keadaan krisis.
Pengertian
krisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1997:530) adalah keadaan
yang berbahaya (dalam menderita sakit), keadaan yang genting, kemelut, keadaan
suram dalam berbagai hal seperti ekonomi, dan moral. Sedangkan menurut kamus
psikologi (Simanjuntak, 1986:86) pengertian krisis adalah suatu titik balik
yang jelas dalam perkembangan berbagai kejadian. Menurut Geldard, (1993:138)
situasi krisis adalah situasi-situasi dengan resiko tinggi. Krisis timbul
sewaktu atau setelah sesuatu peristiwa terjadi secara mendadak, sehingga
merubah persepsi partisipan (orang-orang yang ditimpanya) tentang keamanan dan
tatanan dunianya.
Sewaktu
mendengar kata krisis akan terlintas dalam pikiran orang berbagai keadaan yang
mungkin dialami atau dirasakan orang yang mengalaminya berdasarkan pengalaman
yang pernah dialaminya, atau pengalaman orang lain yang pernah didengar atau
dilihatnya. Dalam keadaan krisis orang akan merasa panik, tidak berdaya,
ketakutan, seram, butuh bantuan, tidak bisa menghadapi situasi, tidak tahu apa
yang harus dilakukan, ingin melakukan sesuatu secepatnya, bila tidak bisa
bertindak cepat akan terjadi bencana yang lebih besar, dan semakin panik.
Dari
keterangan terdahulu dapat disimpulkan bahwa krisis merupakan keadaan yang
berbahaya, keadaan yang genting, kemelut, keadaan suram, akibat terjadinya
suatu peristiwa secara mendadak, sehingga orang atau orang-orang yang
ditimpanya merasa tatanan dunia dan kehidupannya tidak aman.
B. BAHAYA DAN NILAI KRISIS
Ada
berbagai akibat dari terjadinya krisis, “The dangers and value of crisis”
(bahaya dan nilai krisis). Menurut Geldard, (1993:142) krisis menyatakan
bahaya, akan tetapi di samping bahaya ada juga keuntungannya. Jadi tidak
selamanya krisis itu jelek.
Jenis-jenis
bahaya krisis antara lain: (1) menaikkan tingkat stres, orang yang mengalami
krisis sering kali merasa tertekan perasaannya dengan peristiwa yang terjadi; (2)
menghendaki tanggapan sesegera mungkin untuk meminimalkannya, keadaan krisis
memerlukan penanganan yang cepat dan tepat sehingga dapat dihilangkan, atau
dikurangi “tekanannya”; dan (3) merusak emosi dan aspek psikologis lainnya,
keadaan krisis sering kali mengganggu perasaan, persepsi, motivasi, sikap, dan
cara berpikir orang.
Dampak
krisis dapat membuat kesempatan bagi seseorang untuk berubah. Krisis dapat
menjadi katalisator untuk mengembangkan sesuatu yang baru, merupakan waktu yang
baik untuk melupakan apa yang telah terjadi dan memulai sesuatu penyegaran yang
baru. Betapapun dahsyatnya tragedi krisis, namun selalu dapat dicari nilai
positif dan hikmahnya. Seseorang yang ditimpa suatu peristiwa tragedi, ia
menjadi lebih kuat secara psikologis dan spiritual, hubungannya berubah menjadi
lebih baik, kondisi yang tidak baik berubah menjadi lebih berarti. Ibarat
seseorang yang meninggalkan suatu tempat yang telah dikenalnya dan mulai
memasuki arena baru yang belum pernah diketahuinya, berbagai perasaan tidak
stabil akan muncul, seperti perasaan takut, cemas, dan khawatir dalam
menghadapi situasi baru itu. Apabila ia menyadari bahwa tidak ada kemungkinan
lain yang dapat ditempuh selain menghadapi apa yang ada di depannya, maka
mungkin ia akan segera berubah menjadi “harus berani menghadapi segala sesuatu
yang akan terjadi”.
Seringkali
tidak efektif mengatakan langsung kepada klien yang menghadapi krisis bahwa di
samping bahaya krisis itu ada nilai positifnya. Lihatlah sewaktu dia menyadari
ada juga keuntungan dari krisis yang dihadapinya, itulah waktu yang tepat untuk
mengemukakannya pada klien, dan segera kembangkan pikirannya ke arah yang
positif.
C. JENIS-JENIS DAN PENYEBAB KRISIS
Ada berbagai jenis krisis, antara lain seperti yang dikemukakan oleh Geldard,
(1993:139) seperti berikut ini.
1. Jenis-jenis
Krisis
a. Bencana alam, seperti
gempa, badai, banjir, gunung meletus, badai Tsunami
Seringkali
dampak dari bencana alam ini berkepanjangan terhadap kehidupan orang, seperti
masa kemarau, banjir dapat menyebabkan orang kelaparan. Bencana ini tidak akan
segera berakhir, bila tidak ditanggulangi secara efektif. Bencana alam
biasanya datang tiba-tiba, tanpa ada peringatan terlebih dahulu.
b.
Kecelakaan, seperti kebakaran, tabrakan, tenggelam dalam air, jatuh dari tempat
yang tinggi, tertusuk pisau, tertembak
Krisis
datang tanpa kompromi terlebih dahulu, sehingga orang yang terkena tidak
mungkin mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Krisis merupakan suatu hal yang
mengancam kehidupan. Krisis akibat kecelakaan yang terburuk adalah kematian.
c. Sakit/penyakit
yang menimpa manusia, seperti stroke, asma, kanker, operasi, sakit kaki, tidak
berfungsinya bahagian tubuh
Keadaan
tidak berdaya yang dialami seseorang karena penyakit sangat ditakuti sebab
taraf keterlibatan seseorang secara fisik, emosional, dan psikologis sangat
tinggi. Sama dengan krisis kecelakaan akibat krisis yang disebabkan penyakit
yang terburuk adalah kematian.
d.
Emosi yang terganggu
Karakteristik
manusia yang penting dan berharga adalah kapasitasnya untuk mengelola emosi.
Apabila seseorang “rusak” emosinya dia akan jadi hewan yang bergerak secara
otomatis, diibaratkan hanya sebagai mesin. Pada waktu emosi destruktif sangat
menyakitkan dialami seseorang dapat mencegah berfungsinya emosi tersebut secara
normal, seperti; penyakit destruktif, sedih, depresi, kasar, yang penuh resiko.
1. Hubungan sosial, seperti
hubungan yang tak berfungsi, retak/putus hubungan, perceraian, perselingkuhan
pasangan hidup, pemutusan hubungan kerja
Pengalaman
krisis sering muncul apabila terjadi hubungan yang “tegang” atau “genting”,
putus, atau hilang karena kematian atau perpisahan yang tidak dapat dielakkan.
Suami atau istri merasa hancur hatinya dan berpikir bahwa dunia telah runtuh
bila dia mengetahui bahwa pasangan hidupnya berselingkuh dengan orang lain.
Pada waktu ini dia mengalami luka emosi yang sangat parah. Seringkali orang tua
juga mengalami kekecewaan yang mendalam akibat perilaku anaknya yang tidak
sesuai dengan standar yang telah ditetapkannya. Ada juga krisis yang disebabkan
oleh kejahatan dengan penganiayaan fisik, ini biasanya yang menjadi korban
adalah wanita dan anak-anak.
- Krisis perkembangan
Berbagai
macam krisis yang tidak mungkin dapat dielakkan. Ada krisis perkembangan yang
muncul secara alamiah dan tidak dapat dihindari sewaktu orang melewati tahapan
perkembangan dalam kehidupannya. Pada kebanyakan orang krisis perkembangannya
yang pertama adalah sewaktu dia dilahirkan, bahkan ada yang terjadi sebelum
itu, seperti ada gangguan pada tubuh ibunya swaktu dia dalam kandungan. Masih
banyak lagi krisis perkembangan yang dialami seseorang setelah lahir, antara
lain krisis pada waktu: anak mulai dapat melangkah, hari pertama di play-group,
mulai bersekolah, masuk masa puber, mulai bekerja, meninggalkan rumah,
perkawinan atau mulai hidup bersama orang lain, mempunyai seorang anak,
kematian dalam keluarga, perpisahan, perceraian, mulai kembali dengan pasangan
yang baru, pensiun, menjadi tua, dan meninggal.
Pada
masing-masing tahapan tersebut terdahulu, mempunyai resiko tersendiri,
meningkatnya tekanan dan kecemasan pasti terjadi, bahkan mungkin terjadi respon
emosional yang lain. Apapun bentuk krisis membuat orang cemas, memerlukan
respon, dan merupakan tanda-tanda mulainya suatu tahap baru dalam kehidupan
seseorang.
2.
Penyebab Krisis Lainnya
Ada
beberapa faktor lain yang menjadi penyebab krisis, diantaranya sebagai berikut
ini.
- Tidak dapat meraih hal-hal yang diharapkan
Setiap
orang umumnya ingin sukses dengan segala yang dicita-citakannya, selalu ingin keberhasilan
dan keberuntungan. Jarang sekali orang yang mempersiapkan diri untuk siap
dengan kegagalan, kerugian, atau kekalahan. Akan tetapi dalam kenyataan, tidak
semua yang diinginkan, yang dicita-citakan dan diharapkan orang akan berhasil
diraih sedemikian rupa. Apabila kegagalan tidak dapat diterima dan disikapi
secara positif, tentu akan menyebabkan terjadinya krisis dalam diri orang
tersebut.
- Ditimpa Kesulitan
Krisis
akan terjadi bila seseorang ditimpa kesulitan yang membuat orang itu menderita.
Sewaktu orang menderita sakit yang terasa parah, ketika harus hidup dalam
kemiskinan yang berkepanjangan, sewaktu mengalami pemutusan hubungan kerja
(PHK) sementara orang sangat membutuhkan pekerjaan.
- Kehilangan Seseorang atau Sesuatu yang Dicintai
Apabila
seseorang kehilangan orang atau sesuatu yang dicintainya, seringkali ia
merasa terpukul dengan kejadian tersebut. Kecintaan yang sangat mendalam pada
seseorang atau kepada sesuatu menyebabkan orang tidak mau berpisah dengan hal
yang dicintai tersebut. Bila kehilangan itu terjadi, maka orang akan mengalami
keadaan krisis.
Sehubungan
dengan krisis yang terjadi, perlu penanganan secepatnya. Salah satu upaya
penanganan krisis adalah dengan pelayanan konseling. Pelayanan konseling untuk
menangani krisis dinamakan “Konseling Krisis”.
Konseling
Krisis dapat dikatakan sebagai pelayanan bantuan kepada klien yang sedang
mengalami krisis untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di
sekitarnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidak amanan dan
kemaslahatan kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.
D. UPAYA PENANGANAN MASALAH MELALUI KONSELING
KRISIS
1. Berikan
Perhatian Terhadap Penderita Krisis
Upaya
memperlihatkan perhatian dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain,
mulai dari menerima klien, sentuhan fisik (bagi klien sejenis), kontak mata,
pertanyaan terbuka, refleksi isi, refleksi perasaan, dan memperlihatkan empati.
2. Beri
Kesempatan Pada Klien untuk Melaksanakan Relaksasi
Dalam
krisis klien berada pada keadaan tidak produktif, yang menyebabkan pikiran
tidak menentu, perasaan cemas, berbagai pikiran yang tidak kreatif yang akan
merusak kesehatan. Untuk menghadapi keadaan tersebut, Konselor dapat membimbing
klien untuk melakukan relaksasi sesuai dengan keadaan yang dialami klien.
Relaksasi dapat mengurangi kecemasan, berbagai keluhan psikosomatis, dan
kegelisahan. Dapat dilakukan relaksasi sederhana, relaksasi dengan
komitmen, atau relaksasi penuh. Relaksasi dilakukan dengan persetujuan klien,
klien boleh memilih mana yang diperkirakannya akan cocok dengan keadaan yang
sedang dideritanya.
Menurut
Haryanto, (2002:76) salah satu bentuk relaksasi dapat dilakukan sewaktu
melaksanakan ibadah shalat, karena shalat mempunyai efek relaksasi otot, yaitu
kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu.
Selanjutnya dikemukakannya bahwa bagian-bagian tubuh yang harus digerakkan atau
dikontraksikan selama melaksanakan relaksasi antara lain, (a) bagian kepala;
mata, pipi, dahi, mulut, bibir, hidung, lidah dan rahang, (b) leher, (c) bahu,
(d) lengan bawah dan lengan atas, (e) siku, (f) pergelangan tangan, (g) tangan
dan jari-jari, (h) dada, (i) perut, (j) tulang belakang dan punggung, (k)
pinggang dan pantat, (l) paha, (m) lutut dan betis, (n) pergelangan kaki, dan
(o) kaki dan jari-jari. Semua gerakan tersebut dilaksanakan dalam
gerakan-gerakan shalat.
3.
Cari Nilai Positif dari Setiap Kejadian
Tidak
semua orang melihat nilai positif pada suatu peristiwa atau kejadian yang
menguntungkan atau membahagiakan. Bahkan orang cenderung menganggap bahwa hanya
kebaikan saja yang ada pada kejadian yang menguntungkan itu. Demikian juga
halnya dengan peristiwa atau kejadian yang tidak menguntungkan, yang
mendatangkan kesusahan, kebanyakan orang melihatnya dari suatu keburukan saja.
Tidak ada kebaikan pada suatu yang mendatangkan kesulitan. Tentu tidak
selamanya seperti itu.
Usahakan
melihat kebaikan dari peristiwa yang dialami, banyak orang merasa peristiwa
yang mendatangkan kesusahan cenderung dipandang sebagai sesuatu yang jelek. Hal
ini terjadi hanya karena ketidakmampuan orang melihat hal yang tersirat di
balik peristiwa yang tidak menyenangkan itu. Konselor dapat membantu klien
untuk mencoba mencari nilai-nilai positif dari peristiwa yang dialami klien.
Kemampuan
untuk melihat kebaikan dalam setiap kejadian apapun, baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan, merupakan kualitas sumber daya manusia yang
penting. Hal ini timbul dari keyakinan yang tulus kepada kekuasaan Allah SWT
dan pendekatan kehidupan yang dilandasi keimanan.
4.
Tingkatkan Kesabaran
Konselor
dapat mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran dalam menghadapi krisis yang
sedang dideritanya
5.
Berdoa
6.
Jangan Mengharapkan Balas Jasa (Ucapan Terima Kasih) dari Siapapun
Manusia
sering dengan mudah melupakan kebaikan orang lain kepadanya, ia mengenal dan
menjadi dekat dengan orang lain ketika ia membutuhkan pertolongan orang
tersebut. Begitu juga banyak orang yang selalu mengingat-ingat jasa dan
pertolongannya kepada orang lain. Bahkan mengharapkan orang yang telah
ditolongnya dan diberinya jasa tersebut selalu membalasnya dengan jasa yang
lebih besar lagi, sesering mungkin berterima kasih kepadanya. Seringkali orang
mengeluh karena orang tidak membalas jasanya dan tidak berterimakasih atas
kebaikan yang telah dilakukannya. Pada hal dalam ajaran agama Islam yang
diminta adalah agar orang pandai berterimakasih atas setiap kebaikan orang lain
padanya. Sebaliknya ajaran agama memberikan tuntunan agar orang dapat melupakan
semua jasa, pertolongan, dan kebaikannya kepada orang lain. Ajaran agama ini
sangat indah, agar seseorang yang telah berbuat baik itu tidak mengalami
kekecewaan dengan balasan orang lain kepadanya. Kekecewaan biasanya membuat
orang mengeluh, dan lebih parah lagi membuat orang menjadi keluh kesah.
E. KESIMPULAN
Manusia
sering menghadapi krisis, baik secara fisik maupun secara psikologis. Krisis
antara lain disebabkan oleh: (1) bencana alam, (2) kecelakaan, (3) penyakit,
(4) emosi, (5) tidak berfungsinya hubungan sosial, (6) tahap perkembangan, (7)
tidak dapat meraih sesuatu yang diinginkan, (8) ditimpa kesulitan, dan (9)
kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintai.
Konseling
krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis
untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidak amanan dan kemaslahatan
kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.
Berbagai
upaya yang data dilakukan dalam pelaksanaan konseling krisis untuk membantu
klien yang sedang mengalami krisis, antara lain: (1) memberikan perhatian
terhadap penderita krisis, (2) memandu dan memberi kesempatan pada klien untuk
melaksanakan relaksasi, (3) mencari nilai positif pada setiap kejadian, (4)
mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran, (5) melakukan shalat dengan
sempurna, (6) tidak mengharapkan balas jasa (ucapan terima kasih) dari
siapapun, dan (7) meniatkan segala kegiatan sebagai ibadah untuk mencari
ridha-Allah Swt..
DAFTAR
BACAAN
Depdikbud.
(1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Drever,
J. 1986. Kamus Psikologi (Terjemahan Nancy Simanjuntak).
Jakarta: Bina Aksara.
Geldard,
D. 1993. Basic Personal Counselling: A Training Manual for Cunsellors.
New York: Prentice Hall.
psikologi konseling tentang konseling krisis
Webster mendefinisikan krisis sebagai suatu masa yang
gawat/kritis sekali dan suatu titik balik dalam sesuatu. Istilah ini sering
dipakai untuk menunjukkan suatu reaksi dalam diri seseorang terhadap suatu
bahaya dari luar. Krisis dapat membawa kesempatan dan juga bahaya.
Unsur-unsur yang umum dalam sebuah krisis adalah:
1.kejadian yang penuh resiko, 2.keadaan rentan, 3.faktor pencetus yang
menimbulkan krisis dan 4. keadaan krisis yang aktif. Hal ini ditandai dengan
adanya gejala-gejala stress, sikap panik atau gagal, fokusnya adalah untuk
pembebasan dan efisiensi yang menurun.
Faktor-faktor keseimbangan yang dimiliki seseorang
akan menentukan apakah seseorang akan mengalami krisis atau tidak.
Faktor-faktor itu adalah: 1. daya memahami yang memadai, 2. memiliki jalinan
hubungan (relasi) yang memadai, 3. berbagai mekanisme penanggulangan yang
dimiliki (tindakan mempertimbangkan, menyangkal, mencari informasi, berdoa,
membaca kitab suci, dsb) dan 4. kurun waktu yang terbatas.
Tidak semua krisis yang terjadi adalah tidak terduga.
Banyak krisis yang sebenarnya dapat diperhitungkan, misalnya perubahan usia
hidup dari melajang menjadi menikah, menikah kemudian memiliki anak-anak, krisis
paruh baya dan menjadi pensiun dari kondisi bekerja.Adajuga krisis yang dapat
ditimbulkan disebabkan karena perubahan sehat menjadi sakit, perubahan tempat
kerja atau tempat tinggal dan sebagainya.
Empat fase yang terjadi dalam setiap peristiwa krisis
adalah:
Fase-1 Pengaruh
|
Fase-2 Penarikan diri-Kebingungan
|
Fase-3 Penyesuaian diri
|
Fase-4 Pembangunan kembali-Pendamaian
|
|
Waktu
|
Jam
|
Hari
|
Minggu
|
Bulan
|
Tanggapan
|
Menghadapi-Lari
|
Marah-takut-gusar-merasa bersalah
|
Memulai pikiran positif
|
Pengharapan
|
Pikiran
|
Mati rasa -kehilangan orientasi
|
Ragu-ragu
Tidak pasti
|
Memecahkan masalah
|
Mengkonsolidasi pemecahan masalah
|
Arah
|
Mencari objek yang hilang
|
Tawar menawar-melepaskan
|
Mencari objek baru
|
Mengingatkan diri kembali
|
Perilaku mencari
|
Mengenangkan
|
Mengamati dengan bingung
|
Menyelidiki dengan terpusat
|
Menguji realitas
|
Bimbingan yang dibutuhkan
|
Menerima perasaan
|
Petunjuk yang berorientasi tugas
|
Dukungan-wawasan rohani
|
Pemecahan masalah-pengharapan yang menguatkan
|
Delapan langkah intervensi utama yang harus dilakukan
konselor untuk menolong seseorang yang sedang mengalami krisis adalah:
- Langkah pertama adalah Intervensi langsung. Apabila suatu kasus krisis dinilai dapat berakibat membahayakan misalkan ada yang mau bunuh diri, maka intervensi langsung harus dilakukan secepatnya, tujuan nya adalah menjaga agar tidak terjadi kehancuran.
- Langkah kedua adalah segera mengambil tindakan yang dianggap perlu. Biasanya orang yang sedang mengalami krisis penuh dengan rasa ragu-ragu, sehingga konselor harus mendorong konseli sedemikian rupa agar segera mengambil tindakan nyata untuk mengatasi krisis nya. Mereka harus mengerti bahwa sesuatu sedang dilakukan oleh mereka dan untuk mereka.
- Langkah ketiga adalah mencapai sasaran terbatas dari konseling krisis yaitu mencegah kehancuran dan menolong orang tersebut mendapatkan keseimbangan.
- Langkah keempat adalah menumbuhkan harapan dan kemungkinan masa depan yang positif. Disini dibutuhkan informasi yang jelas dan interaksi yang berarti antara konseli dengan kondisi informasi itu. Apakah konseli menunjukkan kemauan nya berubah mengatasi masalahnya sejalan dengan informasi yang telah ia terima.
- Langkah kelima adalah memberikan dukungan. Teleponlah segera untuk mengetahui keadaannya dan carilah jalan untuk memperluas dukungan dari hubungan-hubungan lain yang sehat bagi konseli, misalkan dengan meminta dukungan keluarga, teman-teman dekat ataupu komunitas gereja setempat.
- Langkah keenam adalah pemacahan masalah yang terfokus. Konselor dan konseli berusaha menemukan akar permasalahan yang dihadapi kemudian menyusun langkah-langkah praktis yang akan segera dilakukan.
- Langkah ketujuh adalah membangun konsep diri dan harga diri konseli. Pada waktu terjadi krisis selalu ada rasa gelisah dan rasa harga diri yang rendah.
- Langkah kedelapan adalah menanamkan rasa percaya diri. Hal ini sangat dibutuhkan konseli agar ia mampu mengatasi masalahnya dengan lebih berani dan mencapai kemajuan-kemajuan dari proses konseling yang diharapkan.
CONTOH
KONSELING KRISIS UNTUK SEORANG ANAK JALANAN
1. Memberikan kecukupan
makanan yang memenuhi gizi
Makanan
dan minuman merupakan langkah pertama bagi konseli krisis ini. konselor
harus
siap memenuhi kebutuhan makanan dan minuman pokoknya untuk sementara dan
selagi
masih memiliki kesempatan untuk dekat dengan anak jalanan tersebut.
2.
Konselor memberikan pemahaman kepada konseli bahwa konselor tetap percaya anak
jalanan
tersebut sebagai anak yang baik dan tidak nakal. Konselor percaya bahwa anak
jalanan
tidak selalu dan bukanlah anak yang selalu menimbulkan kerusuhan dan
kerusakan
bagi orang lain, tidak selalu menimbulkan keresahan bagi pengguna jalan
raya.
3.
Memperhatikan perubahan dan kondisi tubuh konseli
Kadang
perkataan dan kejadian sebenarnya tidak sama, atas sebab untuk menutupi
kejadian
yang tidak diinginkannya terjadi, tetapi tetap terjadi tanpa dirinya bisa
menghalangnya.
Akan tetapi, bebaskan diri dari sikap mencurigai dan berlebihan
memberikan
tuduhan, apalagi tuduhan negatif..
4.
Memberikan dukungan nonverbal dan semangat.
Konselor
bisa memberikan semangat dan menumbuhkan rasa berharga diri pada diri
anak,
sehingga semangat untuk maju dan bermasa depan cerah tetap tumbuh dan subur
di
hatinya..
5.
Tidak menggunakan bahasa kasar dan menyindir apalagi menuduhnya berbuat yang
negatif.
Gunakan bahasa yang halus dan lembut, seperti seorang ibu yang menasehati
anaknya
sendiri.
CONTOH
KONSELING KRISIS BAGI SEORANG YANG SEDANG DALAM KRISIS
KARENA
KEHILANGAN SESEORANG YANG DICINTAI
1.
Memberikan gambaran bahwa hidup pasti ada kematian dan kehidupan. Kata-kata ini
tidak
harus diucapkan dengan suara keras, cukuplah dengan sedikit bisikan halus tetap
tetap
terdengar jelas bagi konseli.
2.
Konselor tidak banyak mengeluarkan kata-kata kosong dan basa-basi, apalagi
dengan
banyak
pertanyaan dan hampir konseli tidak bisa menawabnya.
2.
Memperhatikan raut muka dan matanya secara halus.
Pandangan
lewat mata kadang memberikan harapan mendalam akan pengertian
konselor
dan perhatiannya kepada konseli .
3.
Menggunakan sentuhan tangan yang halus dan tidak kasar. Jika diperbolehkan oleh
dokter,
maka konselor bisa sedikit menyentuh tangan konseli, tetapi tidak secara terus
menerus.
4.
Berikan banyak harapan dan semangat menempuh hidup
Walaupun
di dalam musibah yang teramat menyakitkan ini, berikanlah harapan cerah
kepada
konseli bahwa kesedihannya akan tidak baik untuk hidup dan masa depannya
sendiri.
5.
Memberikan dukungan dan semangat untuk bangkit dan menempuh hidup tanpa orang
yang
dicintainya.
CONTOH
KONSELING KRISIS BAGI SEORANG YANG SEDANG DALAM PROSES
PERCERAIAN
1.
Memberikan kepekaan perasaan yang empatis terhadap orang yang dalam proses
perceraian.
Konselor
memperhatikan orang tersebut secara mendalam dan seksama,
2.
Konselor tidak banyak mengeluarkan kata-kata kosong dan basa-basi, apalagi
dengan
banyak
pertanyaan dan hampir konseli tidak bisa menawabnya.
3.
Konselor memberikan pemahaman kepada konseli bahwa konselor tetap percaya
konseli
berniat baik dengan keputusannya bercerai.
Memang
tidak semua jalan perkawinan harus berakhir dengan perceraian, tetapi jika itu
pilihan
yang menurut dua orang suami istri merupakan jalan terbaik, maka konselor
juga
hanya bisa menyampaikan bahwa kalau bisa perceraian tersebut ditunda, sebagai
ganti
melarang bercerai.
KONSELING KRISIS
KRISIS
A. Pengertian Krisis
Dalam kamus psikologi C.P. Chaplin (1993:117), krisis di definisikan sebagai “titik balik ditandai olehkemajuan atau kemunduran yang tajam.” Selanjutnya Chaplin (ibid:118) menyebutkan juga bahwa krisis adalah “satu keputusan yang besar dan sangat penting bagi seseorang.” Sedangkan pengertian krisis dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1997) adalah “keadaan yang berbahaya, keadaan genting, kemelut, dengan suram dalam berbagai hal seperti ekonomi dan moral.”
Business Dictionary mendefinisikan krisis adalah “kejadian atau peristiwa penting dan genting atau titik pengambilan keputusan, dimana jika tidak diatasi dengan cara dan waktu yang tepat (atau bahkan tidak diatasi sama sekali), maka akan mengakibatkan bencana dan tragedi.” Webster mendefinisikan krisis sebagai suatu masa yang gawat/kritis sekali dan suatu titik balik dalam sesuatu. Istilah ini sering dipakai untuk menunjukkan suatu reaksi dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar. Krisis dapat membawa kesempatan dan juga bahaya. Kesempatan untuk bertumbuh menjadi lebih baik jika ditangani dengan benar dan bahaya jika penangannya tidak benar. Menurut Wikipedia, krisis adalah situasi dari suatu sistem yang kompleks (keluarga, ekonomi, masyarakat) yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga penting mengambil keputusan segera, namun penyebab disfungsi ini tidak diketahui.
B. Unsur - Unsur Krisis
Unsur-unsur yang umum dalam sebuah krisis, menuru Norman Wright (1993) dalam Haksasi (2010:9-10) adalah:
1. Kejadian yang penuh resiko
Ini adalah kejadian yang mengawali suatu reaksi berantai dari kejadian- kejadian yang mencapai puncaknya dalam suatu krisis. Seorang istri yang masih muda yang bersiap-siap menghadapi kariernya selama tujuh tahun sekarang menemukan dirinya hamil. Seorang mahasiswa tahun terakhir yang menyerahkan dirinya untuk bermain sepak bola selama waktu kuliahnya agar dipilih sebagai pemain profesional, mengalami kecelakaan sehingga pergelangan kakinya hancur. Seorang duda yang memelihara lima orang anak pra remaja kehilangan pekerjaannya dalam suatu profesi yang sangat khusus. Semua orang yang disebut di atas mempunyai banyak persamaan. Adalah penting bagi orang-orang yang berada dalam krisis dan bagi para penolong untuk mengenal peristiwa- peristiwa yang menimbulkan krisis itu.
2. Keadaan rentan
Tidak semua peristiwa ini membawa seseorang kepada suatu krisis. Kalau orang tidak rentan, pasti krisis itu tidak mungkin terjadi. Tidak tidur dua malam saja bisa membuat seorang menjadi rentan terhadap suatu situasi yang biasanya dapat ia tanggulangi tanpa kesulitan. Keadaan sakit dan tertekan menyebabkan mekanisme untuk mengatasi masalah makin menurun. Baru-baru ini saya berbicara dengan seorang wanita yang ingin melepaskan anak angkatnya, membatalkan suatu peristiwa pengumpulan dana yang penting dan meninggalkan usahanya. Ia sedih karena ada ancaman suatu kehilangan lain dalam hidupnya. Saya mengatakan kepadanya untuk tidak membuat keputusan selama ia mengalami depresi, karena keputusan-keputusan itu sering disesalkan kemudian.
3. Faktor pencetus yang menimbulkan krisis
Cara lain untuk mengatakan hal ini ialah bahwa ini adalah faktor terakhir yang ditambahkan pada faktor-faktor lain. Sebagian orang kelihatannya dapat menguasai diri pada saat dilanda kehilangan yang cukup berat atau kehancuran hati, tetapi kemudian mereka ambruk karena suatu persoalan kecil saja. Ini merupakan persoalan yang terakhir, tetapi reaksi dan air mata saat itu merupakan tanggapan terhadap kehilangan yang cukup berat sebelum itu.
4. Keadaan krisis yang aktif. Ketika seseorang tidak dapat lagi mengatasi situasi, maka krisis yang aktif dapat berkembang. Hal ini ditandai dengan adanya gejala-gejala stress, sikap panik atau gagal, fokusnya adalah untuk pembebasan dan efisiensi yang menurun. Ada beberapa petunjuk tentang keadaan ini.
1) Ada gejala-gejala stres -- secara psikologis, fisiologis, atau kedua-duanya. Ini dapat termasuk depresi, sakit kepala, kegelisahan, luka lambung. Selalu ada suatu jenis kegelisahan yang ekstrem.
2) Ada sikap panik atau gagal. Orang itu mungkin merasa bahwa ia telah berusaha sekuat tenaga, namun tidak ada hasilnya. Karena itu ia merasa seperti seorang yang gagal -- kalah dan tidak berdaya. Tidak ada harapan. Ia mempunyai dua jalan untuk menanggapi hal tersebut saat ini: pertama, menjadi terdorong untuk berperilaku yang tidak produktif, misalnya: mengikuti arus zaman, mabuk-mabukan, memakai obat bius, kebut-kebutan, atau terlibat dalam suatu perkelahian. Jalan yang kedua adalah menjadi acuh tak acuh atau apatis. Satu contoh adalah tidur terus- menerus.
3) Fokusnya adalah pada pembebasan. "Keluarkan aku dari keadaan ini!" merupakan keinginan dan jeritannya. Ia ingin lepas dari penderitaan karena stres tersebut. Kondisinya tidak memungkinkan dia untuk bertindak secara rasional dalam menghadapi masalah itu. Kadang-kadang seseorang yang berada dalam keadaan krisis kelihatan bingung atau bahkan memberikan reaksi dengan cara yang aneh-aneh. Dalam usaha-usaha mereka, mereka dalam keadaan agak kalut sehingga mengharapkan orang lain untuk menolong. Mereka mungkin akan terlalu bergantung kepada orang lain untuk menolongnya keluar dari permasalahan yang mereka hadapi.
4) Pada masa itu efisiensi menurun. Orang-orang dalam krisis yang aktif mungkin akan tetap berfungsi secara normal, tetapi daya bereaksi mereka yang seharusnya 100% mungkin menurun sampai sekitar 60%. Semakin besar ancaman dari penilaian orang itu akan situasi yang dihadapi, semakin kurang efektif kemampuannya untuk mengatasi. Mereka mungkin sadar akan hal ini yang selanjutnya mematahkan semangat mereka.
Sedangkan dalam Wikipedia dijelaskan unsur – unsur krisis, mempunyai ciri khas sebagai berikut:
a) Krisis terjadi pada sistem yang kompleks (Sistem yang simpel atau sederhana tidak dapat dikenai krisis). Misalnya kita dapat menyebut terjadi krisis moral dan nilai – nilai, krisis ekonomi, krisis politik, krisis pangan, tapi tidak dapat dikatakan krisis makanan kecil.
b) Tidak berfungsinya sistem – sistem dengan baik. Perlu diingat, pada saat krisis suatu sistem tetap berfungsi dan tidak sampai berhenti sama sekali, walaupun kinerjanya buruk.
c) Keputusan yang cepat sangat penting diambil untuk menghentikan hancurnya suatu sistem lebih jauh.
d) Penyebab krisis sangat banyak dan tidak diketahui sehingga tidak mungkin diambil keputusan rasional dan familiar untuk membalikkan keadaan tersebut.
Krisis memiliki beberapa karakteristik. Menurut Seeger, Sellnow dan Ulmer “krisis memiliki tiga karakter, yaitu spesifik, tidak terduga, dan bukan kejadian yang terjadi setiap hari atau rangkaian kejadian yang menimbulkan tingkat ketidakpastian yang tinggi dan mengancam atau dianggap mengancam tujuan yang paling utama dari suatu organisasi.” Dengan kata lain suatu kejadian dikatakan krisis jika memiliki 3 karakteristik berikut: (1) tidak terduga (mengejutkan); (2) menimbulkan ketidakpastian; (3) dipandang sebagai ancaman terhadap tujuan – tujuan yang penting. Venette menyatakan bahwa “krisis adalah suatu proses transformasi dimana sistem lama tidak dapat dipertahankan lagi.” Oleh karena itu, karakteris ke empat adalah kebutuhan akan perubahan. Jika perubahan tidak diperlukan, maka kejadian atau situasi tersebut dapat dikatakan sebagai suatu kegagalan.
C. Jenis - Jenis Krisis
Wikipedia merumuskan jenis – jenis krisis sebagai berikut:
1. Krisis yang menyangkut masalah kemiskinan.
Terdapat dua jenis krisis yang masuk dalam kategori ini, yaitu:
a. Krisis karena tidak memiliki pekerjaan. Krisis ini dapat mengakibatkan seseorang tidak memiliki tempat tinggal atau menjadi gelandangan. Kesulitan keuangan juga dapat mengarahkan seseorang pada kekurangan gizi dan makanan, mengalami depresi, dan mengalami berbagai penyakit.
b. Krisis karena pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan kualifikasi seseorang. Misalnya seorang sarjana bekerja sebagai tukang batu atau kuli bangunan. Krisis ini sering kali terjadi akibat kurangnya lapangan pekerjaan. Akibat dari krisis ini seseorang dapat merasa rendah diri, mengalami stress mental, dan tidak banyak melakukan kontak sosial dengan sesama pekerja karena minder.
2. Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi adalah transisi yang tajam dimana terjadi penurunan siklus bisnis dan secara umum memperlambat kegiatan perekonomian.
3. Krisis Lingkungan
Terdapat tiga jenis krisis yang masuk dalam kategori ini, yaitu:
(a) Bencana Lingkungan: Bencana yang diakibatkan oleh aktifitas manusia. Akibat perubahan – perubahan yang dilakukan manusia terhadap ekosistem (misalnya penebangan hutan secara liar, pembukaan lahan baru bagi pertanian dan pemukiman, dan sebagainya) menyebabkan konsekuensi yang menyebar dan tidak berkesudahan. Hal ini termasuk punah atau matinya hewan – hewan, tumbuhan, bahkan manusia, dan terancamnya kehidupan manusia.
(b) Bencana Alam: adalah bencana yang diakibatkan secara alami oleh alam (misalnya meledaknya gunung berapi, gempa bumi, dan longsor). Bencana alam dapat mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, harta benda, ketidakstabilan sistem politik dan ekonomi.
(c) Terancam Punahnya Beberapa Spesies: adalah populasi dari suatu organisme yang terancam punah antara lain diakibatkan karena semakin berkurang jumlahnya, terancam oleh perubahan lingkungan, dan terbatasnya sumber makanan.
4. Krisis Internasional
Krisis ini didefinisikan secara bebas sebagai suatu keadaan atau situasi dimana muncul persepsi adanya ancaman, meningkatnya kecemasan, kemungkinan munculnya tindak kekerasan, dan keyakinan bahwa tindakan apapun yang muncul dapat memperluas akibat yang ditimbulkan. Contoh krisis internasional adalah krisis ekonomi global, terorisme, tsunami samudra hindia (tsunami aceh 2004).
5. Krisis Pribadi. Krisis pribadi dapat muncul akibat peristiwa luar biasa yang terjadi pada kehidupan seseorang, yang menyebabkan ketegangan dan stress yang sangat besar, dimana keadaan ini membutuhkan pengambilan keputusan yang penting dan tindakan yang tepat sebagai jalan keluarnya. Misalnya kehilangan pekerjaan, kesulitan ekonomi, kecanduan alkohol dan napza.
D. Kebutuhan - kebutuhan Manusia Dalam Krisis
Ada 14 kategori konseli yang membutuhkan pelayanan untuk menyelesaikan masalah krisis yaitu:
1. konseli yang menginginkan seseorang yang kuat untuk melindungi dan mengontrol mereka (tolong ambil alih masalah saya).
2. konseli yang membutuhkan seseorang yang menolong mereka berhubungan dengan kenyataan (tolong saya mengetahui bahwa saya bersifat nyata).
3. konseli yang merasakan kekosongan dan membutuhkan kasih (peliharalah saya).
4. konseli yang membutuhkan konselor untuk rasa aman nya (beradalah selalu untuk saya).
5. konseli yang dipengaruhi rasa bersalah dan ingin mengaku (ambillah rasa bersalah ku).
6. konseli yang membutuhkan mencurahkan segala persoalan nya (biarkan aku mencurahkan isi hati ku).
7. konseli yang merindukan nasihat-nasihat (katakan apa yang seharusnya ku lakukan).
8. konseli yang berusaha memisah-misahkan ide-ide mereka yang kompleks (tolong aku menempatkan ide-ide pada perspektif seharusnya).
9. konseli yang rindu mengerti sendiri dan mempunyai wawasan tentang masalah mereka (saya minta konseling).
10. konseli yang meilihat kegelisahan mereka sebagai masalah medis yang memerlukan perawatan dokter (aku perlu dokter).
11. konseli yang memerlukan bantuan praktis seperti bantuan ekonomi atau tempat tinggal (aku membutuhkan bantuan khusus).
12. konseli yang menganggap kesulitan mereka disebabkan hubungan-hubungan yang sedang berlangsung (lakukan itu untuk ku).
13. konseli yang membutuhkan informasi memuaskan berbagai kebutuhan mereka (katakana pada ku dimana aku dapat mencari pertolongan).
14. orang-orang yang tidak punya motivasi atau orang-orang gila yang dibawa kepada konselor tanpa kehendak mereka (aku tak membutuhkan apa-apa).
E. TAHAP – TAHAP KRISIS
Menurut Nova (2009:110-111) ada lima tahapan dalam siklus hidup krisis, yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Pre-Crisis (Sebelum Krisis)
Pre-crisis adalah kondisi sebelum suatu krisis muncul. Benih krisis sudah ada, sehingga jika muncul suatu kesalahan yang kecil saja, krisis dapat terjadi. Benih yang mulai tumbuh pada tahap ini, biasanya tidak begitu diperhatikan karenanya tidak ada perencanaan menghadapi krisis.
2. Tahap Warning (Peringatan)
Dalam tahap ini suatu masalah pertama kali dikenali, dapat dipecahkan, diakhiri selamanya, atau dibiarkan berkembang menuju pada kerusakan yang menyeluruh. Krisis dapat dengan mudah muncul pada tahap ini karena ketakutan menghadapi “badai” atau “masalah” dan menganggapnya tidak ada. Reaksi umum yang terjadi pada tahap ini adalah kaget, menyangkal, dan pura – pura merasa aman.
3. Tahap Acute Crisis (Akut)
Pada tahap inilah krisis mulai terbentuk. Jika krisis sudah sampai tahap ini, seseorang atau suatu sistem tidak dapat berdiam diri, karena akibat krisis mulai menimbulkan kerugian. Saat ini, segala upaya dilakukan untuk menghadapi krisis.
4. Tahap Clean-up (Pembersihan)
Pada tahap ini dilakukan pemulihan dari kerugian – kerugian yang diakibatkan oleh krisis. Dalam tahap pemulihan dapat melibatkan pihak – pihak lain misalnya konselor, pihak penegak hukum, dan para ahli – ahli lain terkait dengan krisis yang dihadapi.
5. Tahap Post-Crisis (Sesudah Krisis)
Ketika seseorang atau suatu sistem kembali ke kondisi yang normal dan dapat berfungsi dengan baik, maka secara formal dapat dikatakan krisis telah berakhir.
Sedangkan Wright dalam Haksasi (2010) merumuskan empat fase yang terjadi dalam setiap peristiwa krisis, yang dikelompokkan sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Business Dictionary, diakses tgl 05 Desember 2011., Tersedia di:
http://www.businessdictionary.com/definition/crisis.html
Chaplin, C.P., Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan Kartini Kartono. Ed.1, Cet.1., Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 1993
Haksasi, Banun Sri., Konseling Krisis. Cetakan I. Semarang: Amanah, 2010.
Merriam-Webster Online Dictionary, An Encyclopedia Britannica Company., diakses tanggal
05 Desember 2011., Tersedia di: http://www.merriam-webster.com/dictionary/crisis
Nova, Firsan., Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan.,
Jakarta: Grasindo, 2009.
Seeger, M. W., Sellnow, T. L., & Ulmer, R. R., Communication, organization and crisis. In
M. E. Roloff (Ed.), Communication Yearbook (Vol. 21, pp. 231-275). Thousand
Oaks, CA: Sage, 1998
Wikipedia. The Free Encyclopedia., diakses tanggal 05 Desember, 2011. Tersedia di:
http://en.wikipedia.org/wiki/Crisis
Venette, S. J., Risk Communication In A High Reliability Organization: APHIS PPQ's
Inclusion Of Risk In Decision Making. Ann Arbor, MI: UMI Proquest Information and Learning, 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar