Kamis, 05 Oktober 2017

TEORI KONSELING KRISIS




PENDAHULUAN
Bayangkan Anda sedang menghadapi seorang konseli yang tantrum karena tunangannya meninggal dunia akibat kecelakaan. Masihkah Anda akan bertanya, “Coba sekarang ceritakan dengan runtut, apa yang terjadi dengan tunangan Anda ?”. Tentu tidak. Pertanyaan tersebut akan menjadi pertanyaan  yang bodoh. Mengapa? Karena klien ini dalam kondisi krisis. Konselor dituntut untuk memberikan perlakuan secara berbeda kepada konseli yang berada dalam kondisi seperti ini. Konselor professional  menguasai teori dan teknik teknik konseling krisis.

Penyebab krisis antara lain karena: (1) bencana alam, (2) kecelakaan, (3) penyakit, (4) emosi, (5) tidak berfungsinya hubungan sosial, (6) tahap perkembangan, (7) tidak dapat meraih sesuatu yang diinginkan, (8) ditimpa kesulitan, dan (9) kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintai.
Konseling krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidakamanan dan kemaslahatan kehidupannya.
Dalam membantu klien yang sedang mengalami krisis, dapat dilaksanakan konseling krisis antara lain dengan: (1) memberikan perhatian terhadap penderita krisis, (2) memandu dan memberi kesempatan pada klien untuk melaksanakan relaksasi, (3) mencari nilai positif pada setiap kejadian, (4) mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran, (5) berdoa, (6) tidak mengharapkan balas jasa (ucapan terima kasih) dari siapapun, dan (7) meniatkan segala kegiatan sebagai ibadah untuk mencari ridha-Nya.


A. PENDAHULUAN
Orang yang sedang mengalami masalah akan merasa penciutan atau pengecilan dalam dirinya.sampai pada titik 0. Ia merasa tidak berdaya, pesimis, frustrasi, menjadi stres dan berada pada keadaan krisis. Dalam menghadapi hal ini sering terjadi situasi krisis, yang terlihat pada tiga tipe orang, yaitu: (1) orang berjalan di tempat, tidak maju walaupun bergerak; (2) orang istirahat di tempat, malas, kurang komitmen, tidak ada gerakan, sangat tidak produktif; dan (3) orang bubar jalan, meninggalkan tempat karena tidak sanggup lagi menghadapi masalah sehingga ada yang bunuh diri dan putus asa, ada yang jadi gila. Bagi orang yang bermasalah, orang yang mengalami beban psikologis yang sangat berat, tidak dapat “berjalan” menurut semestinya, pesimis, perlu bantuan untuk pemecahan masalahnya.
Manusia sering merasa/memperkirakan bebannya lebih (over estimate), dan menilai dirinya lebih kurang mampu (under estimate), menganggap sesuatu sebagai yang bersifat negatif, mencari-cari atau membuat masalah, memiliki kepribadian atau pola hidup yang enak-enak saja. Sehingga bila mengalami yang tidak enak dia menjadi kaget, keluh kesah, merasa dalam keadaan krisis.
Pengertian krisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1997:530) adalah keadaan yang berbahaya (dalam menderita sakit), keadaan yang genting, kemelut, keadaan suram dalam berbagai hal seperti ekonomi, dan moral. Sedangkan menurut kamus psikologi (Simanjuntak, 1986:86) pengertian krisis adalah suatu titik balik yang jelas dalam perkembangan berbagai kejadian. Menurut Geldard, (1993:138) situasi krisis adalah situasi-situasi dengan resiko tinggi. Krisis timbul sewaktu atau setelah sesuatu peristiwa terjadi secara mendadak, sehingga merubah persepsi partisipan (orang-orang yang ditimpanya) tentang keamanan dan tatanan dunianya.
Sewaktu mendengar kata krisis akan terlintas dalam pikiran orang berbagai keadaan yang mungkin dialami atau dirasakan orang yang mengalaminya berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya, atau pengalaman orang lain yang pernah didengar atau dilihatnya. Dalam keadaan krisis orang akan merasa panik, tidak berdaya, ketakutan, seram, butuh bantuan, tidak bisa menghadapi situasi, tidak tahu apa yang harus dilakukan, ingin melakukan sesuatu secepatnya, bila tidak bisa bertindak cepat akan terjadi bencana yang lebih besar, dan semakin panik.
Dari keterangan terdahulu dapat disimpulkan bahwa krisis merupakan keadaan yang berbahaya, keadaan yang genting, kemelut, keadaan suram, akibat terjadinya suatu peristiwa secara mendadak, sehingga orang atau orang-orang yang ditimpanya merasa tatanan dunia dan kehidupannya tidak aman.

B. BAHAYA DAN NILAI KRISIS
Ada berbagai akibat dari terjadinya krisis, “The dangers and value of crisis” (bahaya dan nilai krisis). Menurut Geldard, (1993:142)  krisis menyatakan bahaya, akan tetapi di samping bahaya ada juga keuntungannya. Jadi tidak selamanya krisis itu jelek.
Jenis-jenis bahaya krisis antara lain: (1) menaikkan tingkat stres, orang yang mengalami krisis sering kali merasa tertekan perasaannya dengan peristiwa yang terjadi; (2) menghendaki tanggapan sesegera mungkin untuk meminimalkannya, keadaan krisis memerlukan penanganan yang cepat dan tepat sehingga dapat dihilangkan, atau dikurangi “tekanannya”; dan (3) merusak emosi dan aspek psikologis lainnya, keadaan krisis sering kali mengganggu perasaan, persepsi, motivasi, sikap, dan cara berpikir orang.
Dampak krisis dapat membuat kesempatan bagi seseorang untuk berubah. Krisis dapat menjadi katalisator untuk mengembangkan sesuatu yang baru, merupakan waktu yang baik untuk melupakan apa yang telah terjadi dan memulai sesuatu penyegaran yang baru. Betapapun dahsyatnya tragedi krisis, namun selalu dapat dicari nilai positif dan hikmahnya. Seseorang yang ditimpa suatu peristiwa tragedi, ia menjadi lebih kuat secara psikologis dan spiritual, hubungannya berubah menjadi lebih baik, kondisi yang tidak baik berubah menjadi lebih berarti. Ibarat seseorang yang meninggalkan suatu tempat yang telah dikenalnya dan mulai memasuki arena baru yang belum pernah diketahuinya, berbagai perasaan tidak stabil akan muncul, seperti perasaan takut, cemas, dan khawatir dalam menghadapi situasi baru itu. Apabila ia menyadari bahwa tidak ada kemungkinan lain yang dapat ditempuh selain menghadapi apa yang ada di depannya, maka mungkin ia akan segera berubah menjadi “harus berani menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi”.
Seringkali tidak efektif mengatakan langsung kepada klien yang menghadapi krisis bahwa di samping bahaya krisis itu ada nilai positifnya. Lihatlah sewaktu dia menyadari ada juga keuntungan dari krisis yang dihadapinya, itulah waktu yang tepat untuk mengemukakannya pada klien, dan segera kembangkan pikirannya ke arah yang positif.

C. JENIS-JENIS DAN PENYEBAB KRISIS
            Ada berbagai jenis krisis, antara lain seperti yang dikemukakan oleh Geldard, (1993:139) seperti berikut ini.
1.  Jenis-jenis Krisis
a.    Bencana alam, seperti gempa, badai, banjir, gunung meletus, badai Tsunami
Seringkali dampak dari bencana alam ini berkepanjangan terhadap kehidupan orang, seperti masa kemarau, banjir dapat menyebabkan orang kelaparan. Bencana ini tidak akan segera berakhir, bila tidak ditanggulangi secara efektif. Bencana alam  biasanya datang tiba-tiba, tanpa ada peringatan terlebih dahulu.
b.  Kecelakaan, seperti kebakaran, tabrakan, tenggelam dalam air, jatuh dari tempat yang tinggi, tertusuk pisau, tertembak
Krisis datang tanpa kompromi terlebih dahulu, sehingga orang yang terkena tidak mungkin mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Krisis merupakan suatu hal yang mengancam kehidupan. Krisis akibat kecelakaan yang terburuk adalah kematian.

c. Sakit/penyakit yang menimpa manusia, seperti stroke, asma, kanker, operasi, sakit kaki, tidak berfungsinya bahagian tubuh
Keadaan tidak berdaya yang dialami seseorang karena penyakit sangat ditakuti sebab taraf keterlibatan seseorang secara fisik, emosional, dan psikologis sangat tinggi. Sama dengan krisis kecelakaan akibat krisis yang disebabkan penyakit yang terburuk adalah kematian.

d.  Emosi yang terganggu
Karakteristik manusia yang penting dan berharga adalah kapasitasnya untuk mengelola emosi. Apabila seseorang “rusak” emosinya dia akan jadi hewan yang bergerak secara otomatis, diibaratkan hanya sebagai mesin. Pada waktu emosi destruktif sangat menyakitkan dialami seseorang dapat mencegah berfungsinya emosi tersebut secara normal, seperti; penyakit destruktif, sedih, depresi, kasar, yang penuh resiko.
1.    Hubungan sosial, seperti hubungan yang tak berfungsi, retak/putus hubungan, perceraian, perselingkuhan pasangan hidup, pemutusan hubungan kerja
Pengalaman krisis sering muncul apabila terjadi hubungan yang “tegang” atau “genting”, putus, atau hilang karena kematian atau perpisahan yang tidak dapat dielakkan. Suami atau istri merasa hancur hatinya dan berpikir bahwa dunia telah runtuh bila dia mengetahui bahwa pasangan hidupnya berselingkuh dengan orang lain. Pada waktu ini dia mengalami luka emosi yang sangat parah. Seringkali orang tua juga mengalami kekecewaan yang mendalam akibat perilaku anaknya yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkannya. Ada juga krisis yang disebabkan oleh kejahatan dengan penganiayaan fisik, ini biasanya yang menjadi korban adalah wanita dan anak-anak.
  1. Krisis perkembangan
Berbagai macam krisis yang tidak mungkin dapat dielakkan. Ada krisis perkembangan yang muncul secara alamiah dan tidak dapat dihindari sewaktu orang melewati tahapan perkembangan dalam kehidupannya. Pada kebanyakan orang krisis perkembangannya yang pertama adalah sewaktu dia dilahirkan, bahkan ada yang terjadi sebelum itu, seperti ada gangguan pada tubuh ibunya swaktu dia dalam kandungan. Masih banyak lagi krisis perkembangan yang dialami seseorang setelah lahir, antara lain krisis pada waktu: anak mulai dapat melangkah, hari pertama di play-group, mulai bersekolah, masuk masa puber, mulai bekerja, meninggalkan rumah, perkawinan atau mulai hidup bersama orang lain, mempunyai seorang anak, kematian dalam keluarga, perpisahan, perceraian, mulai kembali dengan pasangan yang baru, pensiun, menjadi tua, dan meninggal.
Pada masing-masing tahapan tersebut terdahulu, mempunyai resiko tersendiri, meningkatnya tekanan dan kecemasan pasti terjadi, bahkan mungkin terjadi respon emosional yang lain. Apapun bentuk krisis membuat orang cemas, memerlukan respon, dan merupakan tanda-tanda mulainya suatu tahap baru dalam kehidupan seseorang.

2. Penyebab Krisis Lainnya
Ada beberapa faktor lain yang menjadi penyebab krisis, diantaranya sebagai berikut ini.
  • Tidak dapat meraih hal-hal yang diharapkan
Setiap orang umumnya ingin sukses dengan segala yang dicita-citakannya, selalu ingin keberhasilan dan keberuntungan. Jarang sekali orang yang mempersiapkan diri untuk siap dengan kegagalan, kerugian, atau kekalahan. Akan tetapi dalam kenyataan, tidak semua yang diinginkan, yang dicita-citakan dan diharapkan orang akan berhasil diraih sedemikian rupa. Apabila kegagalan tidak dapat diterima dan disikapi secara positif, tentu akan menyebabkan terjadinya krisis dalam diri orang tersebut.
  • Ditimpa Kesulitan
Krisis akan terjadi bila seseorang ditimpa kesulitan yang membuat orang itu menderita. Sewaktu orang menderita sakit yang terasa parah, ketika harus hidup dalam kemiskinan yang berkepanjangan, sewaktu mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sementara orang sangat membutuhkan pekerjaan.
  • Kehilangan Seseorang atau Sesuatu yang  Dicintai
Apabila seseorang kehilangan orang atau sesuatu yang  dicintainya, seringkali ia merasa terpukul dengan kejadian tersebut. Kecintaan yang sangat mendalam pada seseorang atau kepada sesuatu menyebabkan orang tidak mau berpisah dengan hal yang dicintai tersebut. Bila kehilangan itu terjadi, maka orang akan mengalami keadaan krisis.
Sehubungan dengan krisis yang terjadi, perlu penanganan secepatnya. Salah satu upaya penanganan krisis adalah dengan pelayanan konseling. Pelayanan konseling untuk menangani krisis dinamakan “Konseling Krisis”.
Konseling Krisis dapat dikatakan sebagai pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidak amanan dan kemaslahatan kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.

D. UPAYA PENANGANAN MASALAH MELALUI KONSELING KRISIS
1.  Berikan Perhatian Terhadap Penderita Krisis
Upaya memperlihatkan perhatian dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain, mulai dari menerima klien, sentuhan fisik (bagi klien sejenis), kontak mata, pertanyaan terbuka, refleksi isi, refleksi perasaan, dan memperlihatkan empati.
2.  Beri Kesempatan Pada Klien untuk Melaksanakan Relaksasi
Dalam krisis klien berada pada keadaan tidak produktif, yang menyebabkan pikiran tidak menentu, perasaan cemas, berbagai pikiran yang tidak kreatif yang akan merusak kesehatan. Untuk menghadapi keadaan tersebut, Konselor dapat membimbing klien untuk melakukan relaksasi sesuai dengan keadaan yang dialami klien. Relaksasi dapat mengurangi kecemasan, berbagai keluhan psikosomatis, dan kegelisahan.  Dapat dilakukan relaksasi sederhana, relaksasi dengan komitmen, atau relaksasi penuh. Relaksasi dilakukan dengan persetujuan klien, klien boleh memilih mana yang diperkirakannya akan cocok dengan keadaan yang sedang dideritanya.
Menurut Haryanto, (2002:76) salah satu bentuk relaksasi dapat dilakukan sewaktu melaksanakan ibadah shalat, karena shalat mempunyai efek relaksasi otot, yaitu kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada bagian-bagian tubuh tertentu. Selanjutnya dikemukakannya bahwa bagian-bagian tubuh yang harus digerakkan atau dikontraksikan selama melaksanakan relaksasi antara lain, (a) bagian kepala; mata, pipi, dahi, mulut, bibir, hidung, lidah dan rahang, (b) leher, (c) bahu, (d) lengan bawah dan lengan atas, (e) siku, (f) pergelangan tangan, (g) tangan dan jari-jari, (h) dada, (i) perut, (j) tulang belakang dan punggung, (k) pinggang dan pantat, (l) paha, (m) lutut dan betis, (n) pergelangan kaki, dan (o) kaki dan jari-jari. Semua gerakan tersebut dilaksanakan dalam gerakan-gerakan shalat.


3. Cari Nilai Positif dari Setiap Kejadian
Tidak semua orang melihat nilai positif pada suatu peristiwa atau kejadian yang menguntungkan atau membahagiakan. Bahkan orang cenderung menganggap bahwa hanya kebaikan saja yang ada pada kejadian yang menguntungkan itu. Demikian juga halnya dengan peristiwa atau kejadian yang tidak menguntungkan, yang mendatangkan kesusahan, kebanyakan orang melihatnya dari suatu keburukan saja. Tidak ada kebaikan pada suatu yang mendatangkan kesulitan. Tentu tidak selamanya seperti itu.
Usahakan melihat kebaikan dari peristiwa yang dialami, banyak orang merasa peristiwa yang mendatangkan kesusahan cenderung dipandang sebagai sesuatu yang jelek. Hal ini terjadi hanya karena ketidakmampuan orang melihat hal yang tersirat di balik peristiwa yang tidak menyenangkan itu. Konselor dapat membantu klien untuk mencoba mencari nilai-nilai positif dari peristiwa yang dialami klien.
Kemampuan untuk melihat kebaikan dalam setiap kejadian apapun, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, merupakan kualitas sumber daya manusia yang penting. Hal ini timbul dari keyakinan yang tulus kepada kekuasaan Allah SWT dan pendekatan kehidupan yang dilandasi keimanan.
4. Tingkatkan Kesabaran
Konselor dapat mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran dalam menghadapi krisis yang sedang dideritanya
5. Berdoa
6. Jangan Mengharapkan Balas Jasa (Ucapan Terima Kasih) dari Siapapun
Manusia sering dengan mudah melupakan kebaikan orang lain kepadanya, ia mengenal dan menjadi dekat dengan orang lain ketika ia membutuhkan pertolongan orang tersebut. Begitu juga banyak orang yang selalu mengingat-ingat jasa dan pertolongannya kepada orang lain. Bahkan mengharapkan orang yang telah ditolongnya dan diberinya jasa tersebut selalu membalasnya dengan jasa yang lebih besar lagi, sesering mungkin berterima kasih kepadanya. Seringkali orang mengeluh karena orang tidak membalas jasanya dan tidak berterimakasih atas kebaikan yang telah dilakukannya. Pada hal dalam ajaran agama Islam yang diminta adalah agar orang pandai berterimakasih atas setiap kebaikan orang lain padanya. Sebaliknya ajaran agama memberikan tuntunan agar orang dapat melupakan semua jasa, pertolongan, dan kebaikannya kepada orang lain. Ajaran agama ini sangat indah, agar seseorang yang telah berbuat baik itu tidak mengalami kekecewaan dengan balasan orang lain kepadanya. Kekecewaan biasanya membuat orang mengeluh, dan lebih parah lagi membuat orang menjadi keluh kesah.



E. KESIMPULAN
Manusia sering menghadapi krisis, baik secara fisik maupun secara psikologis. Krisis antara lain disebabkan oleh: (1) bencana alam, (2) kecelakaan, (3) penyakit, (4) emosi, (5) tidak berfungsinya hubungan sosial, (6) tahap perkembangan, (7) tidak dapat meraih sesuatu yang diinginkan, (8) ditimpa kesulitan, dan (9) kehilangan seseorang atau sesuatu yang dicintai.
Konseling krisis merupakan pelayanan bantuan kepada klien yang sedang mengalami krisis untuk menghimpun berbagai sumber “energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah ketidak amanan dan kemaslahatan kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.
Berbagai upaya yang data dilakukan dalam pelaksanaan konseling krisis untuk membantu klien yang sedang mengalami krisis, antara lain: (1) memberikan perhatian terhadap penderita krisis, (2) memandu dan memberi kesempatan pada klien untuk melaksanakan relaksasi, (3) mencari nilai positif pada setiap kejadian, (4) mengajak klien untuk meningkatkan kesabaran, (5) melakukan shalat dengan sempurna, (6) tidak mengharapkan balas jasa (ucapan terima kasih) dari siapapun, dan (7) meniatkan segala kegiatan sebagai ibadah untuk mencari ridha-Allah Swt..

DAFTAR BACAAN
 Depdikbud. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
 Drever, J. 1986. Kamus Psikologi (Terjemahan Nancy Simanjuntak). Jakarta: Bina Aksara.
 Geldard, D. 1993. Basic Personal Counselling: A Training Manual for Cunsellors. New York: Prentice Hall.

psikologi konseling tentang konseling krisis

Webster mendefinisikan krisis sebagai suatu masa yang gawat/kritis sekali dan suatu titik balik dalam sesuatu. Istilah ini sering dipakai untuk menunjukkan suatu reaksi dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar. Krisis dapat membawa kesempatan dan juga bahaya.
Unsur-unsur yang umum dalam sebuah krisis adalah: 1.kejadian yang penuh resiko, 2.keadaan rentan, 3.faktor pencetus yang menimbulkan krisis dan 4. keadaan krisis yang aktif. Hal ini ditandai dengan adanya gejala-gejala stress, sikap panik atau gagal, fokusnya adalah untuk pembebasan dan efisiensi yang menurun.

Faktor-faktor keseimbangan yang dimiliki seseorang akan menentukan apakah seseorang akan mengalami krisis atau tidak. Faktor-faktor itu adalah: 1. daya memahami yang memadai, 2. memiliki jalinan hubungan (relasi) yang memadai, 3. berbagai mekanisme penanggulangan yang dimiliki (tindakan mempertimbangkan, menyangkal, mencari informasi, berdoa, membaca kitab suci, dsb) dan 4. kurun waktu yang terbatas.

Tidak semua krisis yang terjadi adalah tidak terduga. Banyak krisis yang sebenarnya dapat diperhitungkan, misalnya perubahan usia hidup dari melajang menjadi menikah, menikah kemudian memiliki anak-anak, krisis paruh baya dan menjadi pensiun dari kondisi bekerja.Adajuga krisis yang dapat ditimbulkan disebabkan karena perubahan sehat menjadi sakit, perubahan tempat kerja atau tempat tinggal dan sebagainya.

Empat fase yang terjadi dalam setiap peristiwa krisis adalah:


Fase-1 Pengaruh
Fase-2 Penarikan diri-Kebingungan
Fase-3 Penyesuaian diri
Fase-4 Pembangunan kembali-Pendamaian
Waktu
Jam
Hari
Minggu
Bulan
Tanggapan
Menghadapi-Lari
Marah-takut-gusar-merasa bersalah
Memulai pikiran positif
Pengharapan
Pikiran
Mati rasa -kehilangan orientasi
Ragu-ragu
Tidak pasti
Memecahkan masalah
Mengkonsolidasi pemecahan masalah
Arah
Mencari objek yang hilang
Tawar menawar-melepaskan
Mencari objek baru
Mengingatkan diri kembali
Perilaku mencari
Mengenangkan
Mengamati dengan bingung
Menyelidiki dengan terpusat
Menguji realitas
Bimbingan yang dibutuhkan
Menerima perasaan
Petunjuk yang berorientasi tugas
Dukungan-wawasan rohani
Pemecahan masalah-pengharapan yang menguatkan






Delapan langkah intervensi utama yang harus dilakukan konselor untuk menolong seseorang yang sedang mengalami krisis adalah:
  1. Langkah pertama adalah Intervensi langsung. Apabila suatu kasus krisis dinilai dapat berakibat membahayakan misalkan ada yang mau bunuh diri, maka intervensi langsung harus dilakukan secepatnya, tujuan nya adalah menjaga agar tidak terjadi kehancuran.
  2. Langkah kedua adalah segera mengambil tindakan yang dianggap perlu. Biasanya orang yang sedang mengalami krisis penuh dengan rasa ragu-ragu, sehingga konselor harus mendorong konseli sedemikian rupa agar segera mengambil tindakan nyata untuk mengatasi krisis nya. Mereka harus mengerti bahwa sesuatu sedang dilakukan oleh mereka dan untuk mereka.
  3. Langkah ketiga adalah mencapai sasaran terbatas dari konseling krisis yaitu mencegah kehancuran dan menolong orang tersebut mendapatkan keseimbangan.
  4. Langkah keempat adalah menumbuhkan harapan dan kemungkinan masa depan yang positif. Disini dibutuhkan informasi yang jelas dan interaksi yang berarti antara konseli dengan kondisi informasi itu. Apakah konseli menunjukkan kemauan nya berubah mengatasi masalahnya sejalan dengan informasi yang telah ia terima.
  5. Langkah kelima adalah memberikan dukungan. Teleponlah segera untuk mengetahui keadaannya dan carilah jalan untuk memperluas dukungan dari hubungan-hubungan lain yang sehat bagi konseli, misalkan dengan meminta dukungan keluarga, teman-teman dekat ataupu komunitas gereja setempat.
  6. Langkah keenam adalah pemacahan masalah yang terfokus. Konselor dan konseli berusaha menemukan akar permasalahan yang dihadapi kemudian menyusun langkah-langkah praktis yang akan segera dilakukan.
  7. Langkah ketujuh adalah membangun konsep diri dan harga diri konseli. Pada waktu terjadi krisis selalu ada rasa gelisah dan rasa harga diri yang rendah.
  8. Langkah kedelapan adalah menanamkan rasa percaya diri. Hal ini sangat dibutuhkan konseli agar ia mampu mengatasi masalahnya dengan lebih berani dan mencapai kemajuan-kemajuan dari proses konseling yang diharapkan.

CONTOH KONSELING KRISIS UNTUK SEORANG ANAK JALANAN
1.    Memberikan kecukupan makanan yang memenuhi gizi

Makanan dan minuman merupakan langkah pertama bagi konseli krisis ini. konselor
harus siap memenuhi kebutuhan makanan dan minuman pokoknya untuk sementara dan
selagi masih memiliki kesempatan untuk dekat dengan anak jalanan tersebut.

2. Konselor memberikan pemahaman kepada konseli bahwa konselor tetap percaya anak
jalanan tersebut sebagai anak yang baik dan tidak nakal. Konselor percaya bahwa anak
jalanan tidak selalu dan bukanlah anak yang selalu menimbulkan kerusuhan dan
kerusakan bagi orang lain, tidak selalu menimbulkan keresahan bagi pengguna jalan
raya.

3. Memperhatikan perubahan dan kondisi tubuh konseli
Kadang perkataan dan kejadian sebenarnya tidak sama, atas sebab untuk menutupi
kejadian yang tidak diinginkannya terjadi, tetapi tetap terjadi tanpa dirinya bisa
menghalangnya. Akan tetapi, bebaskan diri dari sikap mencurigai dan berlebihan
memberikan tuduhan, apalagi tuduhan negatif..

4. Memberikan dukungan nonverbal dan semangat.
Konselor bisa memberikan semangat dan menumbuhkan rasa berharga diri pada diri
anak, sehingga semangat untuk maju dan bermasa depan cerah tetap tumbuh dan subur
di hatinya..

5. Tidak menggunakan bahasa kasar dan menyindir apalagi menuduhnya berbuat yang
negatif. Gunakan bahasa yang halus dan lembut, seperti seorang ibu yang menasehati
anaknya sendiri.


CONTOH KONSELING KRISIS BAGI SEORANG YANG SEDANG DALAM KRISIS
KARENA KEHILANGAN SESEORANG YANG DICINTAI
1. Memberikan gambaran bahwa hidup pasti ada kematian dan kehidupan. Kata-kata ini
tidak harus diucapkan dengan suara keras, cukuplah dengan sedikit bisikan halus tetap
tetap terdengar jelas bagi konseli.

2. Konselor tidak banyak mengeluarkan kata-kata kosong dan basa-basi, apalagi dengan
banyak pertanyaan dan hampir konseli tidak bisa menawabnya.

2. Memperhatikan raut muka dan matanya secara halus.
Pandangan lewat mata kadang memberikan harapan mendalam akan pengertian
konselor dan perhatiannya kepada konseli .

3. Menggunakan sentuhan tangan yang halus dan tidak kasar. Jika diperbolehkan oleh
dokter, maka konselor bisa sedikit menyentuh tangan konseli, tetapi tidak secara terus
menerus.

4. Berikan banyak harapan dan semangat menempuh hidup
Walaupun di dalam musibah yang teramat menyakitkan ini, berikanlah harapan cerah
kepada konseli bahwa kesedihannya akan tidak baik untuk hidup dan masa depannya
sendiri.

5. Memberikan dukungan dan semangat untuk bangkit dan menempuh hidup tanpa orang
yang dicintainya.


CONTOH KONSELING KRISIS BAGI SEORANG YANG SEDANG DALAM PROSES
PERCERAIAN




1. Memberikan kepekaan perasaan yang empatis terhadap orang yang dalam proses
perceraian.
Konselor memperhatikan orang tersebut secara mendalam dan seksama,

2. Konselor tidak banyak mengeluarkan kata-kata kosong dan basa-basi, apalagi dengan
banyak pertanyaan dan hampir konseli tidak bisa menawabnya.

3. Konselor memberikan pemahaman kepada konseli bahwa konselor tetap percaya
konseli berniat baik dengan keputusannya bercerai.
Memang tidak semua jalan perkawinan harus berakhir dengan perceraian, tetapi jika itu
pilihan yang menurut dua orang suami istri merupakan jalan terbaik, maka konselor
juga hanya bisa menyampaikan bahwa kalau bisa perceraian tersebut ditunda, sebagai
ganti melarang bercerai.



KONSELING KRISIS


KRISIS

A. Pengertian Krisis

Dalam kamus psikologi C.P. Chaplin (1993:117), krisis di definisikan sebagai “titik balik ditandai olehkemajuan atau kemunduran yang tajam.” Selanjutnya Chaplin (ibid:118) menyebutkan juga bahwa krisis adalah “satu keputusan yang besar dan sangat penting bagi seseorang.” Sedangkan pengertian krisis dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1997) adalah “keadaan yang berbahaya, keadaan genting, kemelut, dengan suram dalam berbagai hal seperti ekonomi dan moral.”

Business Dictionary mendefinisikan krisis adalah “kejadian atau peristiwa penting dan genting atau titik pengambilan keputusan, dimana jika tidak diatasi dengan cara dan waktu yang tepat (atau bahkan tidak diatasi sama sekali), maka akan mengakibatkan bencana dan tragedi.” Webster mendefinisikan krisis sebagai suatu masa yang gawat/kritis sekali dan suatu titik balik dalam sesuatu. Istilah ini sering dipakai untuk menunjukkan suatu reaksi dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar. Krisis dapat membawa kesempatan dan juga bahaya. Kesempatan untuk bertumbuh menjadi lebih baik jika ditangani dengan benar dan bahaya jika penangannya tidak benar. Menurut Wikipedia, krisis adalah situasi dari suatu sistem yang kompleks (keluarga, ekonomi, masyarakat) yang tidak berfungsi dengan baik, sehingga penting mengambil keputusan segera, namun penyebab disfungsi ini tidak diketahui.


B. Unsur - Unsur Krisis

Unsur-unsur yang umum dalam sebuah krisis, menuru Norman Wright (1993) dalam Haksasi (2010:9-10) adalah:

1. Kejadian yang penuh resiko

Ini adalah kejadian yang mengawali suatu reaksi berantai dari kejadian- kejadian yang mencapai puncaknya dalam suatu krisis. Seorang istri yang masih muda yang bersiap-siap menghadapi kariernya selama tujuh tahun sekarang menemukan dirinya hamil. Seorang mahasiswa tahun terakhir yang menyerahkan dirinya untuk bermain sepak bola selama waktu kuliahnya agar dipilih sebagai pemain profesional, mengalami kecelakaan sehingga pergelangan kakinya hancur. Seorang duda yang memelihara lima orang anak pra remaja kehilangan pekerjaannya dalam suatu profesi yang sangat khusus. Semua orang yang disebut di atas mempunyai banyak persamaan. Adalah penting bagi orang-orang yang berada dalam krisis dan bagi para penolong untuk mengenal peristiwa- peristiwa yang menimbulkan krisis itu.

2. Keadaan rentan

Tidak semua peristiwa ini membawa seseorang kepada suatu krisis. Kalau orang tidak rentan, pasti krisis itu tidak mungkin terjadi. Tidak tidur dua malam saja bisa membuat seorang menjadi rentan terhadap suatu situasi yang biasanya dapat ia tanggulangi tanpa kesulitan. Keadaan sakit dan tertekan menyebabkan mekanisme untuk mengatasi masalah makin menurun. Baru-baru ini saya berbicara dengan seorang wanita yang ingin melepaskan anak angkatnya, membatalkan suatu peristiwa pengumpulan dana yang penting dan meninggalkan usahanya. Ia sedih karena ada ancaman suatu kehilangan lain dalam hidupnya. Saya mengatakan kepadanya untuk tidak membuat keputusan selama ia mengalami depresi, karena keputusan-keputusan itu sering disesalkan kemudian.

3. Faktor pencetus yang menimbulkan krisis

Cara lain untuk mengatakan hal ini ialah bahwa ini adalah faktor terakhir yang ditambahkan pada faktor-faktor lain. Sebagian orang kelihatannya dapat menguasai diri pada saat dilanda kehilangan yang cukup berat atau kehancuran hati, tetapi kemudian mereka ambruk karena suatu persoalan kecil saja. Ini merupakan persoalan yang terakhir, tetapi reaksi dan air mata saat itu merupakan tanggapan terhadap kehilangan yang cukup berat sebelum itu.

4. Keadaan krisis yang aktif. Ketika seseorang tidak dapat lagi mengatasi situasi, maka krisis yang aktif dapat berkembang. Hal ini ditandai dengan adanya gejala-gejala stress, sikap panik atau gagal, fokusnya adalah untuk pembebasan dan efisiensi yang menurun. Ada beberapa petunjuk tentang keadaan ini.

1) Ada gejala-gejala stres -- secara psikologis, fisiologis, atau kedua-duanya. Ini dapat termasuk depresi, sakit kepala, kegelisahan, luka lambung. Selalu ada suatu jenis kegelisahan yang ekstrem.

2) Ada sikap panik atau gagal. Orang itu mungkin merasa bahwa ia telah berusaha sekuat tenaga, namun tidak ada hasilnya. Karena itu ia merasa seperti seorang yang gagal -- kalah dan tidak berdaya. Tidak ada harapan. Ia mempunyai dua jalan untuk menanggapi hal tersebut saat ini: pertama, menjadi terdorong untuk berperilaku yang tidak produktif, misalnya: mengikuti arus zaman, mabuk-mabukan, memakai obat bius, kebut-kebutan, atau terlibat dalam suatu perkelahian. Jalan yang kedua adalah menjadi acuh tak acuh atau apatis. Satu contoh adalah tidur terus- menerus.

3) Fokusnya adalah pada pembebasan. "Keluarkan aku dari keadaan ini!" merupakan keinginan dan jeritannya. Ia ingin lepas dari penderitaan karena stres tersebut. Kondisinya tidak memungkinkan dia untuk bertindak secara rasional dalam menghadapi masalah itu. Kadang-kadang seseorang yang berada dalam keadaan krisis kelihatan bingung atau bahkan memberikan reaksi dengan cara yang aneh-aneh. Dalam usaha-usaha mereka, mereka dalam keadaan agak kalut sehingga mengharapkan orang lain untuk menolong. Mereka mungkin akan terlalu bergantung kepada orang lain untuk menolongnya keluar dari permasalahan yang mereka hadapi.

4) Pada masa itu efisiensi menurun. Orang-orang dalam krisis yang aktif mungkin akan tetap berfungsi secara normal, tetapi daya bereaksi mereka yang seharusnya 100% mungkin menurun sampai sekitar 60%. Semakin besar ancaman dari penilaian orang itu akan situasi yang dihadapi, semakin kurang efektif kemampuannya untuk mengatasi. Mereka mungkin sadar akan hal ini yang selanjutnya mematahkan semangat mereka.

Sedangkan dalam Wikipedia dijelaskan unsur – unsur krisis, mempunyai ciri khas sebagai berikut:

a) Krisis terjadi pada sistem yang kompleks (Sistem yang simpel atau sederhana tidak dapat dikenai krisis). Misalnya kita dapat menyebut terjadi krisis moral dan nilai – nilai, krisis ekonomi, krisis politik, krisis pangan, tapi tidak dapat dikatakan krisis makanan kecil.

b) Tidak berfungsinya sistem – sistem dengan baik. Perlu diingat, pada saat krisis suatu sistem tetap berfungsi dan tidak sampai berhenti sama sekali, walaupun kinerjanya buruk.

c) Keputusan yang cepat sangat penting diambil untuk menghentikan hancurnya suatu sistem lebih jauh.

d) Penyebab krisis sangat banyak dan tidak diketahui sehingga tidak mungkin diambil keputusan rasional dan familiar untuk membalikkan keadaan tersebut.

Krisis memiliki beberapa karakteristik. Menurut Seeger, Sellnow dan Ulmer “krisis memiliki tiga karakter, yaitu spesifik, tidak terduga, dan bukan kejadian yang terjadi setiap hari atau rangkaian kejadian yang menimbulkan tingkat ketidakpastian yang tinggi dan mengancam atau dianggap mengancam tujuan yang paling utama dari suatu organisasi.” Dengan kata lain suatu kejadian dikatakan krisis jika memiliki 3 karakteristik berikut: (1) tidak terduga (mengejutkan); (2) menimbulkan ketidakpastian; (3) dipandang sebagai ancaman terhadap tujuan – tujuan yang penting. Venette menyatakan bahwa “krisis adalah suatu proses transformasi dimana sistem lama tidak dapat dipertahankan lagi.” Oleh karena itu, karakteris ke empat adalah kebutuhan akan perubahan. Jika perubahan tidak diperlukan, maka kejadian atau situasi tersebut dapat dikatakan sebagai suatu kegagalan.


C. Jenis - Jenis Krisis

Wikipedia merumuskan jenis – jenis krisis sebagai berikut:

1. Krisis yang menyangkut masalah kemiskinan.

Terdapat dua jenis krisis yang masuk dalam kategori ini, yaitu:

a. Krisis karena tidak memiliki pekerjaan. Krisis ini dapat mengakibatkan seseorang tidak memiliki tempat tinggal atau menjadi gelandangan. Kesulitan keuangan juga dapat mengarahkan seseorang pada kekurangan gizi dan makanan, mengalami depresi, dan mengalami berbagai penyakit.

b. Krisis karena pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan kualifikasi seseorang. Misalnya seorang sarjana bekerja sebagai tukang batu atau kuli bangunan. Krisis ini sering kali terjadi akibat kurangnya lapangan pekerjaan. Akibat dari krisis ini seseorang dapat merasa rendah diri, mengalami stress mental, dan tidak banyak melakukan kontak sosial dengan sesama pekerja karena minder.

2. Krisis Ekonomi

Krisis ekonomi adalah transisi yang tajam dimana terjadi penurunan siklus bisnis dan secara umum memperlambat kegiatan perekonomian.

3. Krisis Lingkungan

Terdapat tiga jenis krisis yang masuk dalam kategori ini, yaitu:

(a) Bencana Lingkungan: Bencana yang diakibatkan oleh aktifitas manusia. Akibat perubahan – perubahan yang dilakukan manusia terhadap ekosistem (misalnya penebangan hutan secara liar, pembukaan lahan baru bagi pertanian dan pemukiman, dan sebagainya) menyebabkan konsekuensi yang menyebar dan tidak berkesudahan. Hal ini termasuk punah atau matinya hewan – hewan, tumbuhan, bahkan manusia, dan terancamnya kehidupan manusia.

(b) Bencana Alam: adalah bencana yang diakibatkan secara alami oleh alam (misalnya meledaknya gunung berapi, gempa bumi, dan longsor). Bencana alam dapat mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, harta benda, ketidakstabilan sistem politik dan ekonomi.

(c) Terancam Punahnya Beberapa Spesies: adalah populasi dari suatu organisme yang terancam punah antara lain diakibatkan karena semakin berkurang jumlahnya, terancam oleh perubahan lingkungan, dan terbatasnya sumber makanan.

4. Krisis Internasional

Krisis ini didefinisikan secara bebas sebagai suatu keadaan atau situasi dimana muncul persepsi adanya ancaman, meningkatnya kecemasan, kemungkinan munculnya tindak kekerasan, dan keyakinan bahwa tindakan apapun yang muncul dapat memperluas akibat yang ditimbulkan. Contoh krisis internasional adalah krisis ekonomi global, terorisme, tsunami samudra hindia (tsunami aceh 2004).

5. Krisis Pribadi. Krisis pribadi dapat muncul akibat peristiwa luar biasa yang terjadi pada kehidupan seseorang, yang menyebabkan ketegangan dan stress yang sangat besar, dimana keadaan ini membutuhkan pengambilan keputusan yang penting dan tindakan yang tepat sebagai jalan keluarnya. Misalnya kehilangan pekerjaan, kesulitan ekonomi, kecanduan alkohol dan napza.



D. Kebutuhan - kebutuhan Manusia Dalam Krisis

Ada 14 kategori konseli yang membutuhkan pelayanan untuk menyelesaikan masalah krisis yaitu:

1. konseli yang menginginkan seseorang yang kuat untuk melindungi dan mengontrol mereka (tolong ambil alih masalah saya).

2. konseli yang membutuhkan seseorang yang menolong mereka berhubungan dengan kenyataan (tolong saya mengetahui bahwa saya bersifat nyata).

3. konseli yang merasakan kekosongan dan membutuhkan kasih (peliharalah saya).

4. konseli yang membutuhkan konselor untuk rasa aman nya (beradalah selalu untuk saya).

5. konseli yang dipengaruhi rasa bersalah dan ingin mengaku (ambillah rasa bersalah ku).

6. konseli yang membutuhkan mencurahkan segala persoalan nya (biarkan aku mencurahkan isi hati ku).

7. konseli yang merindukan nasihat-nasihat (katakan apa yang seharusnya ku lakukan).

8. konseli yang berusaha memisah-misahkan ide-ide mereka yang kompleks (tolong aku menempatkan ide-ide pada perspektif seharusnya).

9. konseli yang rindu mengerti sendiri dan mempunyai wawasan tentang masalah mereka (saya minta konseling).

10. konseli yang meilihat kegelisahan mereka sebagai masalah medis yang memerlukan perawatan dokter (aku perlu dokter).

11. konseli yang memerlukan bantuan praktis seperti bantuan ekonomi atau tempat tinggal (aku membutuhkan bantuan khusus).

12. konseli yang menganggap kesulitan mereka disebabkan hubungan-hubungan yang sedang berlangsung (lakukan itu untuk ku).

13. konseli yang membutuhkan informasi memuaskan berbagai kebutuhan mereka (katakana pada ku dimana aku dapat mencari pertolongan).

14. orang-orang yang tidak punya motivasi atau orang-orang gila yang dibawa kepada konselor tanpa kehendak mereka (aku tak membutuhkan apa-apa).


E. TAHAP – TAHAP KRISIS

Menurut Nova (2009:110-111) ada lima tahapan dalam siklus hidup krisis, yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Pre-Crisis (Sebelum Krisis)

Pre-crisis adalah kondisi sebelum suatu krisis muncul. Benih krisis sudah ada, sehingga jika muncul suatu kesalahan yang kecil saja, krisis dapat terjadi. Benih yang mulai tumbuh pada tahap ini, biasanya tidak begitu diperhatikan karenanya tidak ada perencanaan menghadapi krisis.

2. Tahap Warning (Peringatan)

Dalam tahap ini suatu masalah pertama kali dikenali, dapat dipecahkan, diakhiri selamanya, atau dibiarkan berkembang menuju pada kerusakan yang menyeluruh. Krisis dapat dengan mudah muncul pada tahap ini karena ketakutan menghadapi “badai” atau “masalah” dan menganggapnya tidak ada. Reaksi umum yang terjadi pada tahap ini adalah kaget, menyangkal, dan pura – pura merasa aman.

3. Tahap Acute Crisis (Akut)

Pada tahap inilah krisis mulai terbentuk. Jika krisis sudah sampai tahap ini, seseorang atau suatu sistem tidak dapat berdiam diri, karena akibat krisis mulai menimbulkan kerugian. Saat ini, segala upaya dilakukan untuk menghadapi krisis.

4. Tahap Clean-up (Pembersihan)

Pada tahap ini dilakukan pemulihan dari kerugian – kerugian yang diakibatkan oleh krisis. Dalam tahap pemulihan dapat melibatkan pihak – pihak lain misalnya konselor, pihak penegak hukum, dan para ahli – ahli lain terkait dengan krisis yang dihadapi.

5. Tahap Post-Crisis (Sesudah Krisis)

Ketika seseorang atau suatu sistem kembali ke kondisi yang normal dan dapat berfungsi dengan baik, maka secara formal dapat dikatakan krisis telah berakhir.

Sedangkan Wright dalam Haksasi (2010) merumuskan empat fase yang terjadi dalam setiap peristiwa krisis, yang dikelompokkan sebagai berikut:




DAFTAR PUSTAKA

Business Dictionary, diakses tgl 05 Desember 2011., Tersedia di:

http://www.businessdictionary.com/definition/crisis.html

Chaplin, C.P., Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan Kartini Kartono. Ed.1, Cet.1., Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 1993

Haksasi, Banun Sri., Konseling Krisis. Cetakan I. Semarang: Amanah, 2010.

Merriam-Webster Online Dictionary, An Encyclopedia Britannica Company., diakses tanggal

05 Desember 2011., Tersedia di: http://www.merriam-webster.com/dictionary/crisis
Nova, Firsan., Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan.,

Jakarta: Grasindo, 2009.
Seeger, M. W., Sellnow, T. L., & Ulmer, R. R., Communication, organization and crisis. In

M. E. Roloff (Ed.), Communication Yearbook (Vol. 21, pp. 231-275). Thousand

Oaks, CA: Sage, 1998

Wikipedia. The Free Encyclopedia., diakses tanggal 05 Desember, 2011. Tersedia di:

http://en.wikipedia.org/wiki/Crisis

Venette, S. J., Risk Communication In A High Reliability Organization: APHIS PPQ's

Inclusion Of Risk In Decision Making. Ann Arbor, MI: UMI Proquest Information and Learning, 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HANDOUT SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY

Dr.M.M.Sri Hastuti, M.Si KETERAMPILAN BERTANYA PERBANDINGAN BENTUK PERTANYAAN PROBLEM –FOCUSED (terpusat pada masal...