Senin, 01 Mei 2017

Paper REBT



A.    SITUASI HUBUNGAN
·         Karena REBT pada dasarnya adalah proses perilaku kognitif dan direktif, sebuah hubungan intens antara konselor dan konseli tidak diperlukan. Konseli Rational Emotive Behavior Therapy menerima tanpa syarat semua klien dan juga mengajarkan mereka untuk menerima orang lain tanpa syarat dan diri mereka sendiri.
·         Konseli Rational Emotive Behavior Therapy menerima klien mereka sebagai makhluk tidak sempurna yang dapat dibantu melalui berbagai teknik mengajar, biblioterapi dan modifikasi perilaku,. Ellis membangun hubungan dengan kliennya dengan menunjukkan kepada mereka bahwa ia memiliki iman yang besar dalam kemampuan mereka untuk merubah diri mereka sendiri dan bahwa ia memiliki alat untuk membantu mereka melakukan hal ini.
Konselor Rational Emotive Behavior Therapy sering terbuka dan langsung dalam pengungkapan keyakinan diri dan nilai-nilai. Mereka bersedia untuk berbagi ketidaksempurnaan diri mereka sebagai cara untuk memperjuangkan gagasan realistis klien. Itu adalah penting untuk membangun sebanyak mungkin hubungan egaliter, sebagai lawan untuk menghadirkan diri sebagai sebuah otoritas
.
B.     Relasi Konselor dan Konseli
Dalam melaksanakan pendekatan rational-emotive behavior therapy (REBT),konselor diharapkan memilki kemampuan berbahasa yang baik karena rational-emotive behavior therapy banyak didominasi oleh teknik-teknik yang menggunakan pengolahan verbal.Selain itu,secara umumnya konselor harus memiliki ketrampilan untuk membangun hubungan konseling.Adapun ketrampilan konseling yang harus dimiliki konselor yang akan menggunakan pendekatan rationl-emotive behavior therapy,adalah sebagai berikut:
·                  Empati (empathy)
·                     Menghargai (respect)
·                     Ketulusan (genuineness)
·                     Kekongkritan (concreteness)
·                     Konfrontasi (confrontation)





C.     Peran konselor dalam pendekatan rational-emotive behavior therapy (REBT) adalah:
·                Aktif-Direktif,yaitu mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelasan terutama pada awal konseling.
·                Mengkonfrontasi pikiran irasional konseli secara langsung.
·                Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik kembali diri konseli sendiri.
·                Secara terus menerus “menyerang” pemikiran irasional konseli.
·                Mengajak konseli untuk mengatai masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan emosi.
·                Bersifat didaktif.



D.    Karakteristik Proses Konseling REBT :
·         1.   Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
·         2.    Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
·         3.   Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
·         4.   Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.


E.     Tujuan konseling
Tujuan utama konseling dan pendekatan REBT adalah membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan lebih rational dan produktif. Secara lebih gamblang, REBT mengajarkan individu untuk mengoreksi kesalahan berpikir untuk mereduksi emosi yang tidak diharapkan. Selain itu REBT membantu individu untuk mengubah kebiasaan berpikir dan tingkah laku yang merusak diri. Secar umum, REBT mendukung konseli untuk menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungannya (Gladding,1992,p.117). Ellis dan Bernard (1986) mendiskripsikan beberapa sub tujuan yang sesuai dengan nilai dasar pendekatan REBT. Sub tujuan ini dapat membantu individu mencapai nilai untuk hidup (to survive) dan untuk menikmati hidup (to enjoy). Tujuan tersebut adalah:
·         Memiliki minat diri (self interest)
·         Memiliki minat sosial (social interest)
·         Memiliki pengarahan diri (self dirrection)
·         Toleransi (tolerance)
·         Fleksibel (flexibility)
·         Memiliki penerimaan (acceptance)
·         Dapat menerima ketidakpastian (acceptance of uncertainty)
·         Dapat menerima diri sendiri (self acceptance)
·         Dapat mengambil resiko (risk taking)
·         Memiliki harapan yang realistis (realistic ecpectation)
·         Memiliki toleransi terhadap frustasi ang tinggi (high frustration tolerance)
·         Memiliki tanggung jawab pribadi (self responsibility) (Walen et. Al., 1992, pp. 6-7)




Daftar Pustaka
Komalasari Gantina, Wahyuni Eka, & Kinarsih. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta : PT. Indeks
(http://bimbingandankonseling07.blogspot.co.id/2012/11/rebt-rational-emotive-behavior-therapy.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HANDOUT SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY

Dr.M.M.Sri Hastuti, M.Si KETERAMPILAN BERTANYA PERBANDINGAN BENTUK PERTANYAAN PROBLEM –FOCUSED (terpusat pada masal...