A. SITUASI
HUBUNGAN
·
Karena
REBT pada dasarnya adalah proses perilaku kognitif dan direktif, sebuah
hubungan intens antara konselor dan konseli tidak diperlukan. Konseli Rational Emotive Behavior Therapy
menerima tanpa syarat semua klien dan juga mengajarkan mereka untuk menerima
orang lain tanpa syarat dan diri mereka
sendiri.
·
Konseli Rational Emotive Behavior Therapy
menerima klien mereka sebagai makhluk tidak sempurna yang dapat dibantu melalui
berbagai teknik mengajar, biblioterapi dan modifikasi perilaku,. Ellis
membangun hubungan dengan kliennya dengan menunjukkan kepada mereka bahwa ia
memiliki iman yang besar dalam kemampuan mereka untuk merubah diri mereka sendiri
dan bahwa ia memiliki alat untuk membantu mereka melakukan hal ini.
Konselor Rational Emotive
Behavior Therapy sering terbuka dan langsung dalam pengungkapan keyakinan diri
dan nilai-nilai. Mereka bersedia untuk berbagi ketidaksempurnaan diri mereka
sebagai cara untuk memperjuangkan gagasan realistis klien. Itu adalah penting
untuk membangun sebanyak mungkin hubungan egaliter, sebagai lawan untuk
menghadirkan diri sebagai sebuah otoritas
.
B.
Relasi
Konselor dan Konseli
Dalam melaksanakan pendekatan rational-emotive behavior
therapy (REBT),konselor diharapkan memilki kemampuan berbahasa yang baik karena
rational-emotive behavior therapy banyak didominasi oleh teknik-teknik yang
menggunakan pengolahan verbal.Selain itu,secara umumnya konselor harus memiliki
ketrampilan untuk membangun hubungan konseling.Adapun ketrampilan konseling
yang harus dimiliki konselor yang akan menggunakan pendekatan rationl-emotive
behavior therapy,adalah sebagai berikut:
·
Empati (empathy)
·
Menghargai
(respect)
·
Ketulusan
(genuineness)
·
Kekongkritan
(concreteness)
·
Konfrontasi
(confrontation)
C.
Peran
konselor dalam pendekatan rational-emotive behavior therapy (REBT) adalah:
·
Aktif-Direktif,yaitu
mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelasan terutama pada awal
konseling.
·
Mengkonfrontasi
pikiran irasional konseli secara langsung.
·
Menggunakan
berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik kembali
diri konseli sendiri.
·
Secara
terus menerus “menyerang” pemikiran irasional konseli.
·
Mengajak
konseli untuk mengatai masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan emosi.
·
Bersifat
didaktif.
D. Karakteristik
Proses Konseling REBT :
·
1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor
lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan
masalahnya.
·
2. Kognitif-eksperiensial,
artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien
dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
·
3. Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang
dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari
sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang
keliru yang mendasari gangguan tersebut.
·
4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan
hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.
E.
Tujuan
konseling
Tujuan utama konseling dan pendekatan REBT adalah membantu individu
menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan lebih rational dan produktif. Secara
lebih gamblang, REBT mengajarkan individu untuk mengoreksi kesalahan berpikir
untuk mereduksi emosi yang tidak diharapkan. Selain itu REBT membantu individu
untuk mengubah kebiasaan berpikir dan tingkah laku yang merusak diri. Secar
umum, REBT mendukung konseli untuk menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri,
orang lain dan lingkungannya (Gladding,1992,p.117). Ellis dan Bernard (1986)
mendiskripsikan beberapa sub tujuan yang sesuai dengan nilai dasar pendekatan
REBT. Sub tujuan ini dapat membantu individu mencapai nilai untuk hidup (to
survive) dan untuk menikmati hidup (to enjoy). Tujuan tersebut adalah:
·
Memiliki
minat diri (self interest)
·
Memiliki
minat sosial (social interest)
·
Memiliki
pengarahan diri (self dirrection)
·
Toleransi
(tolerance)
·
Fleksibel
(flexibility)
·
Memiliki
penerimaan (acceptance)
·
Dapat
menerima ketidakpastian (acceptance of uncertainty)
·
Dapat
menerima diri sendiri (self acceptance)
·
Dapat
mengambil resiko (risk taking)
·
Memiliki
harapan yang realistis (realistic ecpectation)
·
Memiliki
toleransi terhadap frustasi ang tinggi (high frustration tolerance)
·
Memiliki
tanggung jawab pribadi (self responsibility) (Walen et. Al., 1992, pp. 6-7)
Daftar Pustaka
Komalasari Gantina, Wahyuni Eka, & Kinarsih. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta :
PT. Indeks
(http://bimbingandankonseling07.blogspot.co.id/2012/11/rebt-rational-emotive-behavior-therapy.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar