Senin, 01 Mei 2017

Trait Factor Konseling



TRAIT FACTOR COUNSELING


1. Edmund G. Williamson

Menurut pandangan E.G. Williamson Trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan dan berperilaku.

Williamson memiliki pandangan tentang manusia adalah sebagai berikut:
a.       Manusia memiliki potensi berbuat baik dan buruk. Menjadi manusia seutuhnya tergantung dari derajat kewaspadaan dan penguasaan diri dan hanya bisa dicapai dalam hubungan dengan manusia lainnya.
  1. Diri manusia hanya akan berkembang di dalam masyarakat dan pada hakekatnya manusia tak bisa hidup sepenuhnya di luar masyarakat.
  2. Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik. Sebenarnya pencaharian serta usaha ke arah itu pun sudah menunjukkan dan merupakan kehidupan yang baik.
A. Asumsi Trait-factor Counseling
Williamson merumuskan pula sejumlah asumsi yang mendasariTrait-Factor Counseling dalam suatu karangan yang dimuat dalamTheories of Counseling (Steffle,1965,Bab V), sebagai berikut:
1). Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi,seperti taraf intelegensi umum,bakat khusus,tarif kreativitas,wujud minat serta keterampilan,yang bersama-sama membentuk suatu polayang khas untuk individu itu.Kemampuan dan variasi potensi itu merupakan ciri-ciri kepribadian (traits),yang telah agak stabil sesudah masa remaja lewat dan dapat diidentifikasikan melalui tes-tes psikologis.Data hasil testing memberikan gambaran deskriptif tentang individualitas seseorang yang lebih dapat diandalkan daripada hasil intropeksi atau refleksi terhadap diri sendiri.
2).   Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada sesseorang menunjukkan hubungan yang berlain-lain dengan kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada seorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan. Juga wujud minat yang dimiliki seseorang menunjukkan hubungan yang berlain-lain dengan pola minat yang ditemukan pada orang berkarier diberbagai bidang pekerjaan.Dengan demikain dibutuhkan informasi jabatan (vocational information), yang tidak hanya mendiskripsikan tugas-tugas yang dilakukan,tetapi menggambarkan pula pola kualifikasi dalam kepribadian pekerja, yang harus dipenuhi supaya mencapai sukses dalam suatu bidang pekerjaan.Informasi jabatan yang terandalkan hanya dapat diperoleh melalui aneka usaha penelitian ilmiah,bukan berdasarkan kesan pribadi dari calon pekerja atau melalui dari pekerja yang sudah bertugas.Justru analisis jabatan dalam bentuk identifikasi kulifikasi yang dituntut,memungkinkan penemuan hubungan yang berarti dengan kemampuan minat,dan keterampilan yang diidentifikasikan pada seorang calon pekerja melalui testing pskologis.Sejumlah kualifikasi yang diketahui berdasarkan penelitian ilmiah itu justru menjadi norma objektif yang dapat digunakan sebagai patokan untuk meramalkan,apakah calon pekerja dapat berhasil dengan baik atau tidak.Ini semua memberikan dasar pada langkah ketiga menurut model Parsons dan tidak hanya timgal kesan subjektif tentang kecocokan seseorang bagi bidang pekerjaan tertentu.
3).  Diagnosis terhadap pola kemmapuan dan minat yang dimiliki seseorang harus mendahului penerimaan dan penenmpatan dalam program studi tertentu.Diagnosis atau analisis psikologi inidapat dilaksanakan dengan menggunkan alat-alat tes yang terandalkan.Penentuan kecocokan atau ketidakcocokan anatara data tentang tuntutan program studi dan data tentang individu,lebih dapat diandalkan daripada hanya prakiraan kecocokan atas dasar pandangan pribadi tentang diri sendiri dan sekedar kesan tentang tuntutan program studi.
4).   Setiap individu mampu,berkeinginan,dan berkecenderungan untuk mengenal diri sendrii serat memanfaatan pemahaman diri itu dengan berpikir baik-baik,sehngga dia akan mengunakan keseluruhan kemampuannya semaksimal mungkin dan dengan demikian mengatur kehidupannya sendiri secara memuaskan.
Mengenai martabat kehidupan manusia,Willamson berpendapat bahwa manusi berpotensi untuk melakukan yang baik dan yang jahat;namun,makna kehidupan adalah mengejar yang baik dan menolak serta mengontrol yang jahat.Dalam perkembangannya,manusia membutuhkan bantuan dari orang lain untuk dapat mengembangkan semua kemmapuan yang memadai.Konselor di Institusi pendidikan berusaha dengan sejujur-jujurnya untuk mempengaruhi arah perkembangan itu;konseli meminta bantuan konselor karena dia dari dirinya sendiri belum dapat menemukan arah perkembangannya sendiri.Proses konseling berlangsung melalui lima fase,yaitu penciptaan hubungan yang serasi dalam suasana komunikasi pribadi yang memuaskan (a warm and friendly relationship);pengembangan pemahaman diri;penyusunan suatu rencana bertindak;pelaksanaan rencana itu.




B. Konsep Dasar Teori Konseling Trait-Factor

Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku). Ciri itu dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah. Teori Trait dan Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu. 
Konseling Trait dan Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi. Dan juga istilah konseling trait dan factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan baraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan.

Williamson berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari sistem sifat atau faktor yang saling tergantung, seperti kemampuan, minat, sikap dan temperamen. Perkembangan individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa maju kalau faktor-faktor tersebut diperkuat dan menjadi matang. Studi ilmiah telah dilakukan untuk mengetahui berbagai sifat individu dan membantunya mengenal dirinya sendiri serta meramalkan keberhasilanya dalam berbagai kegiatan atau jabatan.

Williamson pun memiliki konsep pokok bahwa terdapat sifat (trait) yang unik pada tiap individu dan yang harus diselidiki secara objektif dengan pengukuran yang objektif pula. Sama juga dengan tokoh-tokoh yang lainnya, ia menekankan pentingnya lingkungan, terutama masyarakat. Tujuan penyuluhan tidak dapat terbatas kepada bantuan kepada individu untuk mengenal dirinya sendiri dan mengatur dirinya sendiri saja. Dengan demikian, ia mungkin menjadi orang yang berpusat pada diri sendiri dan hanya mementingkan diri sendiri dan tak mungkin pula ia menjadi orang yang baik dalam arti yang sebenarnya.






2. Frank Persons 

Frank Parsons, beliau dianggap sebagai Father of Guidance / Bapak bimbingan (Capuzzi & Gross, 1991) karena telah membuka jalan bagi gerakan bimbingan. Parsons adalah seorang ilmuwan, penulis yang persuasif, aktifis yang tidak kenal lelah dan seorang intelek besar ( Davis, 1988; Zytowski, 1985, dalam Wardhani 2008). Sebagai penulis ia sangat produktif menulis tentang sejarah dan perkembangan politik.
Parsons hidup di jaman ketika masyarakat dunia khususnya Amerika Serikat sedang berada dalam masa revolusi industri, dia melihat banyak hal yang perlu dilakukan untuk membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Faktor-faktor pendorong dari gerakan yang dilakukan Parsons waktu itu, antara lain :
a.                   Kemajuan industri di Amerika Serikat memunculkan beragam jenis pekerjaan. Kegiatan-kegiatan industri yang biasanya dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia berkembang menjadi kegiatan mesin sehingga membutuhkan tenaga-tenaga yang terampil. Hal ini menimbulkan konsekuensi banyaknya tenaga kerja kasar yang harus di-phk sementara di sisi lain kebutuhan akan tenaga ahli menjadi semakin besar.
b.                  Banyak siswa sekolah menengah yang mengikuti pendidikan. Mereka memerlukan bimbingan pendidikan atau konseling sekolah dengan tujuan supaya sukses dalam pendidikan. Masalah yang dihadapi siswa pun beragam mulai masalah pribadi, kesulitan belajar, masalah dengan keluarga, masalah yang hubungan dengan jenis kelamin, juga masalah lanjutan studi dan karir di dunia kerja yang beragam dan penuh persaingan.
c.                   Banyak pemuda yang kembali dari medan perang untuk mengikuti wajib militer. Mereka harus berkeluarga, sehingga terjadi kelahiran bayi yang banyak (baby boom). Di samping itu untuk menghidupi keluarga, mereka harus memperoleh lapangan pekerjaan. Oleh karena itu diperlukan penelusuran bakat, kemampuan, minat, kepribadian, dan pelatihan kerja.

Dalam pergerakannya Parson memberi bantuan terhadap para pemuda dalam bidang bimbingan pekerjaan dan bimbingan pendidikan, dengan jenis layanan antara lain,
a.                   menelusuri aspek-aspek internal di dalam diri klien, seperti minat, bakat, dan kemampuan
b.                  menelusuri aspek-aspek eksternal klien, seperti faktor sosial ekonomi, masalah keluarga, dan sebagainya
c.                   menggali upaya-upaya pengembangan pendidikan dan karir klien ke masa depan dihubungkan dengan masalah lapangan kerja dan pendidikan yang tersedia melalui berbagai informasi.

Kegiatan Parson mendapat dukungan dari Bread Winners Institute (BWI ) yang merupakan cabang dari Civic Service House ( CSH ) milik pemerintah. Kedua badan tersebut pulalah yang akhirnya mendorong Parson untuk mengembangkan sebuah lembaga yang memberikan layanan konseling individual yang bernama Vocational Bureau of Boston pada tahun 1908. Organisasi ini mempunyai kegiatan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan dan minat kerja klien, untuk kemudian menghubungkannya dengan pilihan pekerjaan yang tersedia di lapangan.

3. CATTELL

         Teori kepribadian Cattell berangkat dari teorinya Gordon W. Allport yakni mengenai trait yang lebih dikembangkan lagi.Trait sendiri yaitu sebuah kecenderungan reaksi yang relativ permanen yang merupakan bagian dari kepribadian. Adapun teori dari Cattell dikenal dengan Analisis Faktor, yaitu sebuah prosedur statistik untuk mengukur faktor-faktor umum pada individu.Dalam hal ini Cattell menggunakan 3 metode pendekatan,antara lain Life Record,yaitu catatan mengenai tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari disebut juga sebagai data L, kemudian ada Self Rating yaitu sebagai pelengkap untuk melengkapi data yang diperoleh dengan metode life record atau disebut juga data Q, dan Objective Test, yang merupakan observasi terhadap individu dalam situasi yang diadakan secara khusus supaya dapat dibuat ramalan mengenai tingkah laku individu tersebut dalam situasi-situasi  yang lain atau disebut juga data T.

POKOK-POKOK TEORI CATTELL
          Terdapat beberapa pokok-pokok teori Cattell untuk lebih memahami pendapatnya yaitu : Trait,erg,metaerg,self,dan specification equation
Trait
Menurut Cattell yaitu suatu struktur mental untuk menunjukkan keajegan dan ketetapan dalam tingkah laku itu atau sebuah kecenderungan reaksi yang relativ permanen yang merupakan bagian dari kepribadian. Ada beberapa penjabaran mengenai trait yaitu :
A.    Common trait dan Unique trait
-Common trait  (sifat umum) adalah sifat yang dimiliki oleh semua individu atau setidaknya oleh sekelompok individu yang hidup dalam lingkungan sosial yang sama.
-Unique trait (sifat khusus).Adalah sifat yang hanya dimiliki oleh individu masing-masing dan tidak dapat ditemukan pada individu lain. Dibagi menjadi 2,yaitu :
·         Relatively unique,kekhususannya timbul dari pengaturan unsur-unsur sifat itu.
·         Intrinsically unique,yang benar-benar hanya ada pada individu khusus tertentu.
B.     Surface trait dan Source trait
Surface trait adalah sifat yang nampak atau sifat permukaan,dan Source trait adalah variabel yang mendasari berbagai sifat yang nampak. Sifat permukaan merupakan hasil interaksi dari pada sifat asal.Menurut Cattell, bagi orang lain,sifat permukaan itu lebih diakui dari pada sifat asal,karena dapat langsung disaksikan melalui observasi sederhana,tetapi tetap saja sifat asallah yang lebih menentukan perilaku.
Erg.
Erg berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon yang berarti kerja atau energi yang digunakan Cattell untuk menempatkan konsep dorongan atau insting. Erg merupakan unit dasar dari  motivasi dan diarahkan menuju tujuan yang spesifik. Erg lebih mengarah ke sesuatu yang lebih dasar ( primer) atau dibawa sejak lahir.
 Metaerg.
Metaerg dapat dikatakan bersesuaian dengan erg, akan tetapi metaerg merupakan hasil dari pengalaman atau sosiokultural. Jika erg dibawa sejak lahir, maka metaerg terbentuk melalui  perkembangan individu seperti sentiment.
Self.
Dalam teori Cattell kepribadian merupakan suatu hal yang bersifat dinamis, yaitu mengenai struktur sifat-sifat dan interaksinya. Self merupakan aspek yang mengorganisasikan struktur tersebut serta menjamin stabilitasnya.Self berfungsi untuk mengintegritaskan segala komponen kepribadian, sehingga kepribadian merupakan suatu ‘’unitas’’. Hal yang mengatur ini disebut oleh Cattell sebagai self sentiment atau structural self.
Di dalam self dibagi 2 lagi yaitu ideal self ( diri yang diinginkan oleh seseorang),dan real self (ciri yang seharusnya menurut pertimbangan rasional). Real self pada masa kanak-kanak merupakan refleksi dari ideal self. Jika perkembangan cukup baik, ideal self dan real self akan menjelma menjadi structural self, dan inilah individu yang dikenal berpendirian dan juga bertingkah laku yang realistis.
Specification Equation.
Yaitu tingkah laku individu yang dapat diramalkan yang harus memenuhi keadaan yang ideal di mana si ahli psikologi mengenal segala variabel relevant yang mempengaruhi tingkah laku serta mempunyai alat pengukur yang benar-benar tepat untuk mengukur variabel tersebut. Tiap orang telah mengetahui  bahwa tingkah laku itu merupakan hasil faktor yang berasal dari dalam (dorongan,kebutuhan dsb) dan pengaruh luar (lingkungan,situasi,dsb) namun orang-orang tidak tahu bagaimana menentukan faktor tersebut dan bagaimana mengukurnya,dan penelitian Cattell dapat menjelaskan tentang hal ini.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
 Perkembangan kepribadian menurut Cattell yaitu proses belajar yang merupakan kejadian-kejadian sebagai penjelmaan dari pada pola tingkah laku yang didorong oleh erg. Jika ada pola penyesuaian (faktor endogen) bertemu dengan keadaan yang berpengaruh terhadap pola penyesuaian tersebut (faktor eksogen)  maka akan menimbulkan hasil dalam kepribadian yang berwujud perubahan atau  perkembangan,dan hal  inilah yang dilalui oleh individu dalam jalan perkembangannya yang disebut dynamic cross road.
Adapun dyamic cross yang dilalui oleh individu adalah sebagai berikut:
Dynamic cross road yang pertama atau masa Infancy (0-6 th).
Terjadi apabila individu berusaha untuk mendapatkan pemuasan bagi sesuatu erg tertentu. Masa ini di dominasi oleh pengaruh orang tua dan saudara.Akibatnya terjadi 4 kemungkinan,yaitu :
·         Individu mungkin mendapat pemuasan berkat adanya pola tingkah laku yang dibawa sejak lahir.
·         Individu mungkin gagal dalam mendapatkan pemuasan karena kurang efektifnya pola-pola response perceptual dan motoris yang dibawas sejak lahir untuk menghadapi faktor lingkungan yang dibawa pada waktu itu.
·         Pola berdasar erg itu mungkin dimodifikasikan atau disisihkan dengan mengaktifkan  erg lain yang tadinya subsider terhadap erg yang disisihkan itu.
·         Individu mungkin gagal dalam mencapai tujuan karena adanya halangan walaupun arah ke tujuan itu cukup jelas.
Dynamic Crossroad yang ke dua atau Cildhood (6-14 th).
Pada masa ini individu sudah mulai mandiri dari orang tua.Tahap ini dimulai pada keadaan terakhir sebagaimana sebelumnya yaitu ketika menghadapi rintangan, maka terdapat 4 kemungkinan  antara lain:
·         Meningkatkan aktifitas yang menuju ke pemuasan
·         Marah yang dapat mengatasi rintangan selanjutnya menuju ke pemuasan.
·         Marah yang membuktikan kegagalan dalam menghadapi rintangan.
Dynamic Crossroad yang ke 3 atau Adolescence (14-23 th}
Tahap ini juga dikenal sebagai tahap yang paling bermasalah,dimulai kepada individu yang bereaksi terhadap kemarahan namun tidak dapat mengatasinya,sehingga terjadi 4 kemungkinan,yaitu:
·         Putus asa atau menyerah.
·         Takut dan menarik  diri.
·         Tetap pada agresinya yang tidak efektif.
·         Lari ke dalam fantasi (pemuasan secara berkhayal)
Dynamic crossroad yang ke 4 atau masa Maturity (23-50 th).
Individu mulai meninggalkan erg yang bersangkutan dari bentuk lahiriah (yang dpat diamati) ke bentuk batiniah (hanya dpat disimpulkan) atau minatnya sudah sedikit berubah dan tahap ini juga ditandai dengan kepribadian yang lebih mantap. Untuk menghindari erg yang mencemaskan individu, kemungkinan terjadi 4 hal,yaitu:
·         Dia mungkin menekan erg itu, artinya dengan sukarela meniadakn dan menolak sesuai dengan impuls-impulsnya.
·         Dia mungkin menekan erg itu dengan keadaan terpaksa sehingga hal yang tidak diterima itu terpaksa dikeluarkan dari kesadaran.
·         Dia mungkin dengan sadar mensublimasikan erg itu, jadi dia berusaha dengan sadar membuat tujuan yang dapat diterima.
·         Dia mungkin tetap pada tingkah lakunya yang non-adaptive atau berbuat kejahatan atau menetapkan tujuan lain yang tak dapat diterima oleh masyarakat.
Dynamic crossroad yang ke 5 atau masa Late Maturity.
Individu pada tahap ini melkukan sublimasi atau tindakan yang dapat diterima atau dihargai oleh masyarakat yang beradab. Tahap ini berawal dari keadaan di mana individu melakukan penekanan,sehingga terjadi 4 kemungkinan yaitu :
·         Dia mungkin membentuk fantasi tak sadar yang kadang-kadang dapat disadari
·         Mungkin dia melakukan penekanan yang berhasil,di mana impuls tetap ditempatkan dalam ketidaksadaran.
·         Mungkin terjadi penekanan yang tidak stabil di mana impuls tidak selalu dapat ditempatkan dalam ketidaksadaran dengan akibat tertentu terhadap tingkah laku individu.
·         Mungkin terjadi sublimasi yang disengaja ataupun tidak.
Dynamic crossroad yang ke 6 atau Old age.
Bermula pada keadaan yang tak stabil. Jadi disini, penekanan itu tidak dapat sepenuhnya berhasil, sehingga perlu untuk melakukan usaha tambahan untuk mempertahankan supaya impulsnya tetap dalam ketidaksadaran, akan tetapi individu pada tahap ini melakukan penyesuaian terhadap beberapa hal dengan melakukan reaksi mekanisme pertahanan,sehingga terbentuklah jalan-jalan sebagai berikut: Fantasi, pembentukan reaksi, proyeksi, rasionalisasi, penekanan lebih lanjut, pembatasan ego, regresi, pengalihan dengan pembentukan symptom, dan berbagai macam bentuk mekanisme pertahanan lainnya.
PERANAN FAKTOR SOSIO KULTURAL DALAM KEPRIBADIAN CATTELL
            Banyak lembaga yang berpengaruh terhadap kepribadian seperti keluarga,teman sebaya,pekerjaan,agama,dan sebagainya.Namun faktor keluargalah yang terpenting.Oleh karena itu untuk memahami perkembangan kepribadian secara baik, orang harus membuat spesifikasi mengenai peranan pengaruh lembaga sosial itu terhadap kepribadian individu dalam perkembangannya. Oleh karena itu analisis faktor sangat berguna untuk membuat pencandraan baik tentang kepribadian individu maupun tentang peran kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Tanggapan saya tentang teori yang dikemukakan oleh Raymond Cattell adalah teori ini seperti suatu pengembangan dari teori kepribadian yang telah dicetuskan oleh Gordon W. Allport terutama tentang istilah ‘trait’, dan Raymond Cattell mengembangkan definisi dari istilah ‘trait’ tersebut. Adapun teori dari Cattell dikenal dengan Analisis Faktor, yaitu sebuah prosedur statistik untuk mengukur faktor-faktor umum pada individu.Dalam hal ini Cattell menggunakan 3 metode pendekatan,antara lain Life Record,yaitu catatan mengenai tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari disebut juga sebagai data L, kemudian ada Self Rating yaitu sebagai pelengkap untuk melengkapi data yang diperoleh dengan metode life record atau disebut juga data Q, dan Objective Test, yang merupakan observasi terhadap individu dalam situasi yang diadakan secara khusus supaya dapat dibuat ramalan mengenai tingkah laku individu tersebut dalam situasi-situasi  yang lain atau disebut juga data T. Bisa saya katakana bahwa teori dari Cattel ini adalah penyempurnaan dari teori yang pernah diutarakan oleh Allport, namun dalam teori ini Cattel juga memberikan  pendapatnya sendiri tentang kepribadian itu. Sehingga ada perbedaan dari teori Allport.
Implementasi teori Cattell dalam Masyarakat
Ketika si A dikeluarganya dikenal sebagai pribadi yang pendiam, penurut, dan selalu bersikap baik. Tetapi ketika bersama dengan teman-teman sekolahnya, dia memiliki sifat yang terbalik dengan sifat dia ketika dirumah. Hal itu dikarenakan si A mendapatkan sentiment dari lingkungan dia bergaul. Dan hal ini dinamakan dengan ‘Metaerg’. Metaerg bersesuaian dengan erg, akan tetapi metaerg merupakan hasil dari pengalaman atau sosiokultural.

 Implementasi terhadap diri sendiri
Setelah saya membaca teori dari Raymond Cattell. Saya menyadari bahwa saya sekarang berada di tahap Dynamic Crossroad yang ke 3 atau Adolescence (14-23 th}. Dimana pada Tahap ini juga dikenal sebagai tahap yang paling bermasalah,dimulai kepada individu yang bereaksi terhadap kemarahan. Dan hal itu pun saya alami. Saya seringkali tidak bisa menahan emosi saya, sehingga tanpa saya sadari saya keluar dari trait saya. Dan setelah saya membaca teori Cattell, saya jadi tahu akan pentingnya reaksi kita terhadap kemarahan. Agar saya bisa memberikan reaksi yang positif ketika saya berhadapan dengan permasalahan yang bisa menimbulkan kemarahan saya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HANDOUT SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY

Dr.M.M.Sri Hastuti, M.Si KETERAMPILAN BERTANYA PERBANDINGAN BENTUK PERTANYAAN PROBLEM –FOCUSED (terpusat pada masal...