TRAIT
FACTOR COUNSELING
1.
Edmund G. Williamson
Menurut pandangan E.G. Williamson Trait adalah
suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan dan
berperilaku.
Williamson memiliki pandangan tentang manusia adalah sebagai
berikut:
a. Manusia memiliki potensi berbuat baik dan
buruk. Menjadi manusia seutuhnya tergantung dari derajat kewaspadaan dan
penguasaan diri dan hanya bisa dicapai dalam hubungan dengan manusia lainnya.
- Diri manusia hanya akan berkembang di dalam masyarakat dan pada hakekatnya manusia tak bisa hidup sepenuhnya di luar masyarakat.
- Manusia ingin mencapai kehidupan yang baik. Sebenarnya pencaharian serta usaha ke arah itu pun sudah menunjukkan dan merupakan kehidupan yang baik.
A. Asumsi Trait-factor Counseling
Williamson merumuskan pula sejumlah
asumsi yang mendasariTrait-Factor Counseling dalam suatu karangan
yang dimuat dalamTheories of Counseling (Steffle,1965,Bab V), sebagai
berikut:
1). Setiap individu mempunyai
sejumlah kemampuan dan potensi,seperti taraf intelegensi umum,bakat
khusus,tarif kreativitas,wujud minat serta keterampilan,yang bersama-sama
membentuk suatu polayang khas untuk individu itu.Kemampuan dan variasi potensi
itu merupakan ciri-ciri kepribadian (traits),yang telah agak stabil
sesudah masa remaja lewat dan dapat diidentifikasikan melalui tes-tes
psikologis.Data hasil testing memberikan gambaran deskriptif tentang
individualitas seseorang yang lebih dapat diandalkan daripada hasil intropeksi
atau refleksi terhadap diri sendiri.
2).
Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada sesseorang
menunjukkan hubungan yang berlain-lain dengan kemampuan dan keterampilan yang
dituntut pada seorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan. Juga wujud minat
yang dimiliki seseorang menunjukkan hubungan yang berlain-lain dengan pola
minat yang ditemukan pada orang berkarier diberbagai bidang pekerjaan.Dengan
demikain dibutuhkan informasi jabatan (vocational information), yang
tidak hanya mendiskripsikan tugas-tugas yang dilakukan,tetapi menggambarkan
pula pola kualifikasi dalam kepribadian pekerja, yang harus dipenuhi supaya
mencapai sukses dalam suatu bidang pekerjaan.Informasi jabatan yang terandalkan
hanya dapat diperoleh melalui aneka usaha penelitian ilmiah,bukan berdasarkan
kesan pribadi dari calon pekerja atau melalui dari pekerja yang sudah
bertugas.Justru analisis jabatan dalam bentuk identifikasi kulifikasi yang
dituntut,memungkinkan penemuan hubungan yang berarti dengan kemampuan minat,dan
keterampilan yang diidentifikasikan pada seorang calon pekerja melalui testing
pskologis.Sejumlah kualifikasi yang diketahui berdasarkan penelitian ilmiah itu
justru menjadi norma objektif yang dapat digunakan sebagai patokan untuk
meramalkan,apakah calon pekerja dapat berhasil dengan baik atau tidak.Ini semua
memberikan dasar pada langkah ketiga menurut model Parsons dan tidak hanya
timgal kesan subjektif tentang kecocokan seseorang bagi bidang pekerjaan
tertentu.
3).
Diagnosis terhadap pola kemmapuan dan minat yang dimiliki seseorang
harus mendahului penerimaan dan penenmpatan dalam program studi
tertentu.Diagnosis atau analisis psikologi inidapat dilaksanakan dengan
menggunkan alat-alat tes yang terandalkan.Penentuan kecocokan atau
ketidakcocokan anatara data tentang tuntutan program studi dan data tentang
individu,lebih dapat diandalkan daripada hanya prakiraan kecocokan atas dasar
pandangan pribadi tentang diri sendiri dan sekedar kesan tentang tuntutan
program studi.
4).
Setiap individu mampu,berkeinginan,dan berkecenderungan untuk mengenal
diri sendrii serat memanfaatan pemahaman diri itu dengan berpikir
baik-baik,sehngga dia akan mengunakan keseluruhan kemampuannya semaksimal
mungkin dan dengan demikian mengatur kehidupannya sendiri secara memuaskan.
Mengenai martabat kehidupan
manusia,Willamson berpendapat bahwa manusi berpotensi untuk melakukan yang baik
dan yang jahat;namun,makna kehidupan adalah mengejar yang baik dan menolak
serta mengontrol yang jahat.Dalam perkembangannya,manusia membutuhkan bantuan
dari orang lain untuk dapat mengembangkan semua kemmapuan yang memadai.Konselor
di Institusi pendidikan berusaha dengan sejujur-jujurnya untuk mempengaruhi
arah perkembangan itu;konseli meminta bantuan konselor karena dia dari dirinya
sendiri belum dapat menemukan arah perkembangannya sendiri.Proses konseling berlangsung
melalui lima fase,yaitu penciptaan hubungan yang serasi dalam suasana
komunikasi pribadi yang memuaskan (a warm and friendly relationship);pengembangan
pemahaman diri;penyusunan suatu rencana bertindak;pelaksanaan rencana itu.
B. Konsep Dasar Teori Konseling Trait-Factor
Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri
yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berprilaku, seperti
intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku). Ciri
itu dianggap sebagai suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk
suatu kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat
rendah. Teori Trait dan Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa
kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri,
sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi
kepribadian itu.
Konseling Trait dan Factor berpegang pada
pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk menganalisis atau
mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu,
yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan
seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu program studi. Dan juga istilah
konseling trait dan factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang
menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman
itu dalam memecahkan baraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut
pilihan program studi/bidang pekerjaan.
Williamson berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari sistem
sifat atau faktor yang saling tergantung, seperti kemampuan, minat, sikap dan
temperamen. Perkembangan individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa maju
kalau faktor-faktor tersebut diperkuat dan menjadi matang. Studi ilmiah telah
dilakukan untuk mengetahui berbagai sifat individu dan membantunya mengenal
dirinya sendiri serta meramalkan keberhasilanya dalam berbagai kegiatan atau
jabatan.
Williamson pun memiliki konsep pokok bahwa terdapat sifat
(trait) yang unik pada tiap individu dan yang harus diselidiki secara objektif
dengan pengukuran yang objektif pula. Sama juga dengan tokoh-tokoh yang
lainnya, ia menekankan pentingnya lingkungan, terutama masyarakat. Tujuan
penyuluhan tidak dapat terbatas kepada bantuan kepada individu untuk mengenal
dirinya sendiri dan mengatur dirinya sendiri saja. Dengan demikian, ia mungkin
menjadi orang yang berpusat pada diri sendiri dan hanya mementingkan diri
sendiri dan tak mungkin pula ia menjadi orang yang baik dalam arti yang sebenarnya.
2. Frank Persons
Frank Parsons, beliau dianggap sebagai Father
of Guidance / Bapak bimbingan (Capuzzi & Gross, 1991) karena telah membuka
jalan bagi gerakan bimbingan. Parsons adalah seorang ilmuwan, penulis yang
persuasif, aktifis yang tidak kenal lelah dan seorang intelek besar ( Davis,
1988; Zytowski, 1985, dalam Wardhani 2008). Sebagai penulis ia sangat produktif
menulis tentang sejarah dan perkembangan politik.
Parsons hidup di jaman ketika masyarakat dunia khususnya Amerika
Serikat sedang berada dalam masa revolusi industri, dia melihat banyak hal yang
perlu dilakukan untuk membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.
Faktor-faktor pendorong dari gerakan yang dilakukan Parsons waktu itu, antara
lain :
a.
Kemajuan industri di
Amerika Serikat memunculkan beragam jenis pekerjaan. Kegiatan-kegiatan industri
yang biasanya dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia berkembang menjadi
kegiatan mesin sehingga membutuhkan tenaga-tenaga yang terampil. Hal ini
menimbulkan konsekuensi banyaknya tenaga kerja kasar yang harus di-phk sementara
di sisi lain kebutuhan akan tenaga ahli menjadi semakin besar.
b.
Banyak siswa sekolah
menengah yang mengikuti pendidikan. Mereka memerlukan bimbingan pendidikan atau
konseling sekolah dengan tujuan supaya sukses dalam pendidikan. Masalah yang
dihadapi siswa pun beragam mulai masalah pribadi, kesulitan belajar, masalah
dengan keluarga, masalah yang hubungan dengan jenis kelamin, juga masalah
lanjutan studi dan karir di dunia kerja yang beragam dan penuh persaingan.
c.
Banyak pemuda yang
kembali dari medan perang untuk mengikuti wajib militer. Mereka harus
berkeluarga, sehingga terjadi kelahiran bayi yang banyak (baby boom). Di
samping itu untuk menghidupi keluarga, mereka harus memperoleh lapangan
pekerjaan. Oleh karena itu diperlukan penelusuran bakat, kemampuan, minat,
kepribadian, dan pelatihan kerja.
Dalam pergerakannya Parson memberi bantuan
terhadap para pemuda dalam bidang bimbingan pekerjaan dan bimbingan pendidikan,
dengan jenis layanan antara lain,
a.
menelusuri aspek-aspek
internal di dalam diri klien, seperti minat, bakat, dan kemampuan
b.
menelusuri aspek-aspek
eksternal klien, seperti faktor sosial ekonomi, masalah keluarga, dan
sebagainya
c.
menggali upaya-upaya
pengembangan pendidikan dan karir klien ke masa depan dihubungkan dengan
masalah lapangan kerja dan pendidikan yang tersedia melalui berbagai informasi.
Kegiatan Parson mendapat dukungan dari Bread
Winners Institute (BWI ) yang merupakan cabang dari Civic Service House ( CSH )
milik pemerintah. Kedua badan tersebut pulalah yang akhirnya mendorong Parson
untuk mengembangkan sebuah lembaga yang memberikan layanan konseling individual
yang bernama Vocational Bureau of Boston pada tahun 1908. Organisasi ini
mempunyai kegiatan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan dan minat kerja
klien, untuk kemudian menghubungkannya dengan pilihan pekerjaan yang tersedia
di lapangan.
3. CATTELL
Teori kepribadian Cattell berangkat dari teorinya Gordon W. Allport yakni
mengenai trait yang lebih dikembangkan lagi.Trait sendiri yaitu sebuah
kecenderungan reaksi yang relativ permanen yang merupakan bagian dari
kepribadian. Adapun teori dari Cattell dikenal dengan Analisis Faktor, yaitu
sebuah prosedur statistik untuk mengukur faktor-faktor umum pada individu.Dalam
hal ini Cattell menggunakan 3 metode pendekatan,antara lain Life Record,yaitu
catatan mengenai tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari disebut juga sebagai
data L, kemudian ada Self Rating yaitu sebagai pelengkap untuk melengkapi data
yang diperoleh dengan metode life record atau disebut juga data Q, dan
Objective Test, yang merupakan observasi terhadap individu dalam situasi yang
diadakan secara khusus supaya dapat dibuat ramalan mengenai tingkah laku
individu tersebut dalam situasi-situasi yang lain atau disebut juga data
T.
POKOK-POKOK TEORI CATTELL
Terdapat beberapa pokok-pokok teori Cattell untuk lebih memahami pendapatnya
yaitu : Trait,erg,metaerg,self,dan specification equation
Trait
Menurut Cattell yaitu suatu struktur
mental untuk menunjukkan keajegan dan ketetapan dalam tingkah laku itu atau
sebuah kecenderungan reaksi yang relativ permanen yang merupakan bagian dari
kepribadian. Ada beberapa penjabaran mengenai trait yaitu :
A. Common trait
dan Unique trait
-Common trait (sifat umum)
adalah sifat yang dimiliki oleh semua individu atau setidaknya oleh sekelompok
individu yang hidup dalam lingkungan sosial yang sama.
-Unique trait (sifat khusus).Adalah
sifat yang hanya dimiliki oleh individu masing-masing dan tidak dapat ditemukan
pada individu lain. Dibagi menjadi 2,yaitu :
·
Relatively unique,kekhususannya timbul dari pengaturan unsur-unsur sifat itu.
·
Intrinsically unique,yang benar-benar hanya ada pada individu khusus tertentu.
B. Surface
trait dan Source trait
Surface trait adalah sifat yang
nampak atau sifat permukaan,dan Source trait adalah variabel yang mendasari
berbagai sifat yang nampak. Sifat permukaan merupakan hasil interaksi dari pada
sifat asal.Menurut Cattell, bagi orang lain,sifat permukaan itu lebih diakui
dari pada sifat asal,karena dapat langsung disaksikan melalui observasi
sederhana,tetapi tetap saja sifat asallah yang lebih menentukan perilaku.
Erg.
Erg berasal dari bahasa Yunani yaitu
ergon yang berarti kerja atau energi yang digunakan Cattell untuk menempatkan
konsep dorongan atau insting. Erg merupakan unit dasar dari motivasi dan
diarahkan menuju tujuan yang spesifik. Erg lebih mengarah ke sesuatu yang lebih
dasar ( primer) atau dibawa sejak lahir.
Metaerg.
Metaerg dapat dikatakan bersesuaian
dengan erg, akan tetapi metaerg merupakan hasil dari pengalaman atau
sosiokultural. Jika erg dibawa sejak lahir, maka metaerg terbentuk
melalui perkembangan individu seperti sentiment.
Self.
Dalam teori Cattell kepribadian
merupakan suatu hal yang bersifat dinamis, yaitu mengenai struktur sifat-sifat
dan interaksinya. Self merupakan aspek yang mengorganisasikan struktur tersebut
serta menjamin stabilitasnya.Self berfungsi untuk mengintegritaskan segala
komponen kepribadian, sehingga kepribadian merupakan suatu ‘’unitas’’. Hal yang
mengatur ini disebut oleh Cattell sebagai self sentiment atau structural self.
Di dalam self dibagi 2 lagi yaitu
ideal self ( diri yang diinginkan oleh seseorang),dan real self (ciri yang
seharusnya menurut pertimbangan rasional). Real self pada masa kanak-kanak
merupakan refleksi dari ideal self. Jika perkembangan cukup baik, ideal self
dan real self akan menjelma menjadi structural self, dan inilah individu yang
dikenal berpendirian dan juga bertingkah laku yang realistis.
Specification Equation.
Yaitu tingkah laku individu yang
dapat diramalkan yang harus memenuhi keadaan yang ideal di mana si ahli
psikologi mengenal segala variabel relevant yang mempengaruhi tingkah laku
serta mempunyai alat pengukur yang benar-benar tepat untuk mengukur variabel
tersebut. Tiap orang telah mengetahui bahwa tingkah laku itu merupakan
hasil faktor yang berasal dari dalam (dorongan,kebutuhan dsb) dan pengaruh luar
(lingkungan,situasi,dsb) namun orang-orang tidak tahu bagaimana menentukan
faktor tersebut dan bagaimana mengukurnya,dan penelitian Cattell dapat
menjelaskan tentang hal ini.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Perkembangan kepribadian menurut Cattell yaitu
proses belajar yang merupakan kejadian-kejadian sebagai penjelmaan dari pada
pola tingkah laku yang didorong oleh erg. Jika ada pola penyesuaian (faktor
endogen) bertemu dengan keadaan yang berpengaruh terhadap pola penyesuaian
tersebut (faktor eksogen) maka akan menimbulkan hasil dalam kepribadian
yang berwujud perubahan atau perkembangan,dan hal inilah yang
dilalui oleh individu dalam jalan perkembangannya yang disebut dynamic cross
road.
Adapun dyamic cross yang dilalui
oleh individu adalah sebagai berikut:
Dynamic cross road yang pertama atau
masa Infancy (0-6 th).
Terjadi apabila individu berusaha
untuk mendapatkan pemuasan bagi sesuatu erg tertentu. Masa ini di dominasi oleh
pengaruh orang tua dan saudara.Akibatnya terjadi 4 kemungkinan,yaitu :
·
Individu mungkin mendapat pemuasan berkat adanya pola tingkah laku yang dibawa
sejak lahir.
·
Individu mungkin gagal dalam mendapatkan pemuasan karena kurang efektifnya
pola-pola response perceptual dan motoris yang dibawas sejak lahir untuk
menghadapi faktor lingkungan yang dibawa pada waktu itu.
·
Pola berdasar erg itu mungkin dimodifikasikan atau disisihkan dengan
mengaktifkan erg lain yang tadinya subsider terhadap erg yang disisihkan
itu.
·
Individu mungkin gagal dalam mencapai tujuan karena adanya halangan walaupun
arah ke tujuan itu cukup jelas.
Dynamic Crossroad yang ke dua atau
Cildhood (6-14 th).
Pada masa ini individu sudah mulai
mandiri dari orang tua.Tahap ini dimulai pada keadaan terakhir sebagaimana
sebelumnya yaitu ketika menghadapi rintangan, maka terdapat 4 kemungkinan
antara lain:
·
Meningkatkan aktifitas yang menuju ke pemuasan
·
Marah yang dapat mengatasi rintangan selanjutnya menuju ke pemuasan.
·
Marah yang membuktikan kegagalan dalam menghadapi rintangan.
Dynamic Crossroad yang ke 3 atau
Adolescence (14-23 th}
Tahap ini juga dikenal sebagai tahap
yang paling bermasalah,dimulai kepada individu yang bereaksi terhadap kemarahan
namun tidak dapat mengatasinya,sehingga terjadi 4 kemungkinan,yaitu:
·
Putus asa atau menyerah.
·
Takut dan menarik diri.
·
Tetap pada agresinya yang tidak efektif.
·
Lari ke dalam fantasi (pemuasan secara berkhayal)
Dynamic crossroad yang ke 4 atau
masa Maturity (23-50 th).
Individu mulai meninggalkan erg yang
bersangkutan dari bentuk lahiriah (yang dpat diamati) ke bentuk batiniah (hanya
dpat disimpulkan) atau minatnya sudah sedikit berubah dan tahap ini juga
ditandai dengan kepribadian yang lebih mantap. Untuk menghindari erg yang
mencemaskan individu, kemungkinan terjadi 4 hal,yaitu:
·
Dia mungkin menekan erg itu, artinya dengan sukarela meniadakn dan menolak
sesuai dengan impuls-impulsnya.
·
Dia mungkin menekan erg itu dengan keadaan terpaksa sehingga hal yang tidak
diterima itu terpaksa dikeluarkan dari kesadaran.
·
Dia mungkin dengan sadar mensublimasikan erg itu, jadi dia berusaha dengan
sadar membuat tujuan yang dapat diterima.
·
Dia mungkin tetap pada tingkah lakunya yang non-adaptive atau berbuat kejahatan
atau menetapkan tujuan lain yang tak dapat diterima oleh masyarakat.
Dynamic crossroad yang ke 5 atau
masa Late Maturity.
Individu pada tahap ini melkukan
sublimasi atau tindakan yang dapat diterima atau dihargai oleh masyarakat yang
beradab. Tahap ini berawal dari keadaan di mana individu melakukan
penekanan,sehingga terjadi 4 kemungkinan yaitu :
·
Dia mungkin membentuk fantasi tak sadar yang kadang-kadang dapat disadari
·
Mungkin dia melakukan penekanan yang berhasil,di mana impuls tetap ditempatkan
dalam ketidaksadaran.
·
Mungkin terjadi penekanan yang tidak stabil di mana impuls tidak selalu dapat
ditempatkan dalam ketidaksadaran dengan akibat tertentu terhadap tingkah laku
individu.
·
Mungkin terjadi sublimasi yang disengaja ataupun tidak.
Dynamic crossroad yang ke 6 atau Old
age.
Bermula pada keadaan yang tak
stabil. Jadi disini, penekanan itu tidak dapat sepenuhnya berhasil, sehingga
perlu untuk melakukan usaha tambahan untuk mempertahankan supaya impulsnya
tetap dalam ketidaksadaran, akan tetapi individu pada tahap ini melakukan
penyesuaian terhadap beberapa hal dengan melakukan reaksi mekanisme
pertahanan,sehingga terbentuklah jalan-jalan sebagai berikut: Fantasi,
pembentukan reaksi, proyeksi, rasionalisasi, penekanan lebih lanjut, pembatasan
ego, regresi, pengalihan dengan pembentukan symptom, dan berbagai macam bentuk
mekanisme pertahanan lainnya.
PERANAN FAKTOR SOSIO KULTURAL DALAM
KEPRIBADIAN CATTELL
Banyak lembaga yang berpengaruh terhadap kepribadian seperti keluarga,teman
sebaya,pekerjaan,agama,dan sebagainya.Namun faktor keluargalah yang
terpenting.Oleh karena itu untuk memahami perkembangan kepribadian secara baik,
orang harus membuat spesifikasi mengenai peranan pengaruh lembaga sosial itu
terhadap kepribadian individu dalam perkembangannya. Oleh karena itu analisis
faktor sangat berguna untuk membuat pencandraan baik tentang kepribadian
individu maupun tentang peran kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Tanggapan saya tentang teori yang
dikemukakan oleh Raymond Cattell adalah teori ini seperti suatu pengembangan
dari teori kepribadian yang telah dicetuskan oleh Gordon W. Allport terutama
tentang istilah ‘trait’, dan Raymond Cattell mengembangkan definisi dari
istilah ‘trait’ tersebut. Adapun teori dari Cattell dikenal dengan Analisis
Faktor, yaitu sebuah prosedur statistik untuk mengukur faktor-faktor umum pada
individu.Dalam hal ini Cattell menggunakan 3 metode pendekatan,antara lain Life
Record,yaitu catatan mengenai tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari disebut
juga sebagai data L, kemudian ada Self Rating yaitu sebagai pelengkap untuk
melengkapi data yang diperoleh dengan metode life record atau disebut juga data
Q, dan Objective Test, yang merupakan observasi terhadap individu dalam situasi
yang diadakan secara khusus supaya dapat dibuat ramalan mengenai tingkah laku
individu tersebut dalam situasi-situasi yang lain atau disebut juga data
T. Bisa saya katakana bahwa teori dari Cattel ini adalah penyempurnaan dari
teori yang pernah diutarakan oleh Allport, namun dalam teori ini Cattel juga
memberikan pendapatnya sendiri tentang kepribadian itu. Sehingga ada
perbedaan dari teori Allport.
Implementasi teori Cattell dalam
Masyarakat
Ketika si A dikeluarganya dikenal
sebagai pribadi yang pendiam, penurut, dan selalu bersikap baik. Tetapi ketika
bersama dengan teman-teman sekolahnya, dia memiliki sifat yang terbalik dengan
sifat dia ketika dirumah. Hal itu dikarenakan si A mendapatkan sentiment dari
lingkungan dia bergaul. Dan hal ini dinamakan dengan ‘Metaerg’. Metaerg
bersesuaian dengan erg, akan tetapi metaerg merupakan hasil dari pengalaman
atau sosiokultural.
Implementasi terhadap diri
sendiri
Setelah saya membaca teori dari
Raymond Cattell. Saya menyadari bahwa saya sekarang berada di tahap Dynamic
Crossroad yang ke 3 atau Adolescence (14-23 th}. Dimana pada Tahap ini juga
dikenal sebagai tahap yang paling bermasalah,dimulai kepada individu yang
bereaksi terhadap kemarahan. Dan hal itu pun saya alami. Saya seringkali tidak
bisa menahan emosi saya, sehingga tanpa saya sadari saya keluar dari trait
saya. Dan setelah saya membaca teori Cattell, saya jadi
tahu akan pentingnya reaksi kita terhadap kemarahan. Agar saya bisa memberikan
reaksi yang positif ketika saya berhadapan dengan permasalahan yang bisa
menimbulkan kemarahan saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar